Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sekolah Pukul Lima Pagi dan Etos Kerja Orang NTT

8 Maret 2023   16:16 Diperbarui: 10 Maret 2023   13:01 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang petani di Desa Manusak, Kabupaten Kupang, NTT, menanam jagung, di lahan gersang. Butuh etos ketja tinggi menjalaninya (Foto: kompas.com/Gransisku Pati Herin).

Menggunakan konsep "energi sosial-budaya kreatif" -- dikenal juga sebagai "modal sosial" -- hasil riset mengungkap bahwa keterbatasan sumberdaya alam telah menempa orang Ende menjadi petani yang pantang menyerah pada alam.  Orang Ende punya etos kerja "kema ngere ata hoo ka ngere raja", kerja bagaikan hamba makan bagaikan raja. (Lihat Bab III dalam: Kemiskinan dan Pembangunan di Propinsi Nusa Tenggara Timur, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994).

Lepas dari konflik antara adat dan agama Kristiani terkait eksitensi Yang Ilahi (Tuhan), dua kekuatan itu ternyata menanamkan etos kerja yang sama pada orang NTT.  

Gereja Kristiani juga menekankan arti penting bersyukur atas karunia sumberdaya (talenta) dari Tuhan, dengan cara bekerja keras mengolahnya sehingga memberi hasil yang berlipat-ganda.  Hasil itu, selain untuk menghidupi keluarga secara layak, juga dipersembahkan kepada Tuhan sebagai wujud rasa syukur.

Negara kemudian datang memfasilitasi etos kerja orang NTT lewat kegiatan pembangunan.  Pengenalan teknologi pertanian baru, pembangunan jaringan transportasi, pengembangan fasilitas kesehatan dan pendidikan, semua itu mendukung artikulasi etos kerja orang NTT. 

Hasil etos kerja yang tinggi itu, produktivitas orang NTT cenderung naik. Tingkat kemiskinan juga cenderung menurun, walau dalam 50 tahun terakhir NTT  setia menghuni kelompok 5 propinsi termiskin di Indonesia.

Jelas bahwa orang NTT sudah memiliki etos kerja keras sejak dahulu kala.  Etos itu terbentuk sebagai respon adat terhadap alam tandus NTT.  Lalu semakin dikukuhkan oleh ajaran agama Kristen.  Serta difasilitasi dan dikembangkan oleh negara melalui program-program pembangunan atau modernisasi.

***

Lantas apa yang harus dikatakan tentang klaim Gubernur dan Kadisdikbud NTT tentang pembentukan etos kerja melalui kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi?

Paparan di muka sudah menunjukan etos kerja orang NTT pertama-tama dibentuk adat, sebagai respon terhadap kemiskinan sumber-sumber alam.  Etos itu lalu dikukuhkan agama Kristiani dan difasilitasi negara.

Sebelum negara masuk, etos kerja sudah ditanamkan oleh adat dan agama terhadap manusia NTT sejak anak-anak.  Hal itu dilakukan dengan memberi tanggung-jawab kerja produksi dan reproduksi tertentu pada anak-anak.

Negara yang hadir dalam bentuk pemerintah daerah kemudian memfasilitasi etos kerja itu melalui pelaksanaan program-program pembangunan di berbagai bidang.  Salah satunya pembangunan di bidang pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun