Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Kenthir Berdiri, Murid Kenthir Berlari

2 Februari 2023   13:00 Diperbarui: 2 Februari 2023   16:38 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru kreatif: Abing Santoso, guru seni tari di SMKN 12 Surabaya menari bersama muridnya di dalam kelas. (Instagram/@abing_santoso2961/via indozone.id)

Hal tersebut akan menjadi lebih jelas nanti pada sisa tulisan ini.

Guru Kenthir

Kebijakan dan program KMB yang digagas Mas Menteri Nadiem itu sejatinya terbilang revolusioner.

Ada perubahan cepat yang mendasar di situ. Perubahan dari kurikulum yang berpusat pada sekolah menjadi berpusat pada murid.

Kurikulum 2013 -- termasuk versi "Yang Disederhanakan" -- adalah representasi opresi negara lewat pranata sekolah. Kurikulum itu berisikan nilai-nilai (values) dan pengetahuan yang harus diajarkan kepada murid, sesuai dengan disain dan kepentingan pemerintah sebagai representasi negara.

Di situ guru tak lebih dari "pesuruh pemerintah" (the errand boy of government) yang patuh. Tugasnya adalah mencetak lulusan sesuai kebutuhan pemerintah, dengan cara baku yang ditetapkan pemerintah. 

Tak bisa lain, apalagi menyimpang, dari rambu itu. Sanksi menanti:  pemecatan, atau sekurangnya penundaan promosi jabatan/pangkat. 

Tapi KMB menjungkir-balikkan semua itu. Bukan kepentingan pemerintah lagi yang menjadi sentrum, melainkan kepentingan murid. 

Tegasnya, KMB itu berpusat pada murid. Didisain untuk memfasilitasi murid mempelajari materi esensil, sesuai minat dan bakatnya. Karena itu jelas gunanya bagi murid ke masa depan. 

Metode pembelajaran pada KMB  juga berubah. Dari instruktif (searah) menjadi komunikatif (dua arah). Murid tak lagi jadi obyek opresi, tapi menjadi subyek pembelajaran yang merdeka. Seperti halnya juga guru menjadi subyek merdeka, bukan sekadar "pesuruh pemerintah".

Intersubyektivitas guru dan murid itu menghasilkan fleksibilitas yang membuka ruang kreativitas dan inovasi dalam proses pembelajaran.  Guru dan murid menjadi setara, dalam arti saling menjadi sumber belajar.  

Kualitas intersubyektivitas dan kesetaraan subyek itu terwujud antara lain dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek. Pengerjaan proyek memposisikan guru dan murid sebagai mitra belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun