Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mari ke Garis Depan Melawan Covid-19 dengan Akal Sehat

15 Juli 2021   14:29 Diperbarui: 16 Juli 2021   05:38 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Covid-19 dari kompas.com via kompas.tv

Infiltirasi varian Delta dari India ke Indonesia diperkirakan terjadi pada akhir April  2021.  Waktu itu  sejumlah  132 warga negara India, dengan maksud menyelamatkan diri dari amukan Covid-19 Delta di negerinya, telah  masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta menumpang pesawat carteran. Beberapa orang di antaranya terkonfirmasi  positif Covid-19  [3]

Jika peristiwa lolosnya Covid-19 Delta itu diterima sebagai "kepak sayap kupu-kupu", maka proses interkonektif yang menyusul adalah pengabaian terhadap prokes sebelum, selama, dan setelah Lebaran 2021 (13 Mei 2021). Pengabaian tidak saja dilakukan warga, tanpa pandang agama,  yang memaksa untuk mudik, ramah-tamah, dan liburan. Tapi juga dilakukan oleh pemerintah yang tak sepenuhnya tegas dan keras menegakkan prokes Covid-19.

Keadaan itu diperparah oleh ujaran tokoh-tokoh tertentu, baik tokoh agama, politik, budaya, dan profesi, yang gencar mengujarkan keyakinan-keyakinan menyesatkan tentang Covid-19.  Semisal keyakinan bahwa Covid-19 itu tidak ada, tempat ibadah bebas dari Covid-19, vaksin Covid-19 menyebabkan kematian, Covid-19 alat pemerintah membunuh umat beragama tertentu, dan kebijakan PPKM bermaksud memurtadkan umat beragama. Ujaran-ujaran itu memprovokasi kelompok-kelompok warga tertentu untuk melanggar prokes dan menolak vaksinasi Covid-19.

Hasilnya telah dipanen pada Juni-Juli 2021 ini.  Sikap abai warga, ketaktegasan pemerintah, dan ujaran-ujaran keyakinan menyesatkan dari parah tokoh tertentu itu telah menyebabkan virus Covid-19 Delta leluasa  dengan cepat merebak, meledakkan pandemi baru di Jawa-Bali khususnya, Indonesia umumnya.  

Respon pemerintah, walau terkesan terlambat, adalah penetapan PPKM Darurat di Jawa-Bali dan beberapa daerah luar-Jawa lainnya. Di targetkan sampai 20 Juli 2021, tapi sangat mungkin diperpanjang sampai Agustus 2021.

Manajemen Jarak Sosial dan Fisik adalah Solusi Cerdas

Dalam artikel "Covid-19 Kini Tinggal Selangkah Darimu" itu, tanpa bermaksud menakuti, saya juga merujuk teori "enam jenjang keterpisahan" (six degree of separation) dari Frigyes Karinthy (1929), atau teori "dunia kecil" (small world problem) menurut konsepsi Stanley Milgram (1967), untuk menjelaskan tingkat keparahan pandemi Covid-19 Delta kini di Indonesia.

Teori "enam jenjang keterpisahan" mengatakan jarak sosial antara dua individu yang tak saling kenal adalah enam orang yang secara estafet saling kenal.  Diterapkan pada keadaan pandemi Covid-19 Alpha tahun 2020, untuk bisa mengenal seorang korban Covid-19, saya harus dihubungkan secara estafet oleh enam orang lainnya, barulah saya bisa tahu siapa korban itu.

Pada pandemi Covid-19 Delta tahun 2021 ini, saya tak memerlukan enam orang pengantara, tapi mungkin cukup satu orang, jika korban itu adalah teman atau kerabat dari teman dekatku.  Atau mungkin tidak perlu perantara lagi, jika korban adalah salah seorang dari anggota kerabatku, atau teman dekatku.

Dengan menggunakan teori itu, saya hanya ingin menunjukkan bahwa virus Covid-19 Delta telah memangkas jarak sosial antarindivu dari "enam" menjadi "satu" bahkan "nol" orang pengantara.  Karena itu saya bilang Covid-19 tinggal selangkah dari dirimu.  Dia tidak lagi jauh di sana, berjarak enam orang, pada individu yang kita tak kenal.  Tapi ada di dekat kita, pada teman dari teman, atau bahkan pada anggota keluarga sendiri.

Apakah harus panik karena situasi itu?  Panik jangan, khawatir  sudah sepantasnya.  Gunakan saja akal sehat, karunia Tuhan pada setiap orang, untuk mengatasinya.  

Secara sosial ini sepenuhnya soal manajemen jarak sosial dan fisik, disamping soal teknis masker dan cuci tangan. Jika Covid-19 memangkas jarak sosial dari "enam" menjadi "satu" atau "nol", maka kita harus memanjangkannya sampai mencapai standar "enam orang" pengantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun