Saya tidak bilang orang kenthir. Sebab hanya satu orang kenthir di Kompasiana. Yang lain, kalau ada, cuma ngaku-ngaku saja. Buat gagah-gagahan.
Tapi banyaklah orang aneh di sini. Terutama sejak gelombang pandemi Covid-19 merebak. Tekanan memang membuat seseorang menjadi berubah. Sekurangnya berubah bentuk jadi gepeng. Â Itu aneh tapi logis.
Artikel Kompasianer Rudy Gunawan, alias Daeng Rudy, kemarin gamblang mengungkap salah satu orang aneh di Kompasiana berkat pandemi. Kang Fery namanya. Penulis artikel politik yang, kata Daeng Rudy lho, kecepatan tulisnya melebihi kecepatan suara kentutnya.Â
Suara kentut Kang Fery belum terdengar, artikelnya sudah rampung dan tayang di Kompasiana. Sebabnya, dia kan kentut setelah artikelnya tayang di Kompasiana tapi minim pembaca. Logis!
Itu aneh, tapi bukan yang teraneh dari Kang Fery. Keanehannya yang melampaui SNI (Standar Nganehi Internasional) adalah keputusannya baru-baru ini untuk terjun bebas dari penulis politik dagang sapi menjadi penulis gelitik semur sapi. Â
Anehnya, artikel semur sapi Kang Fery itu banyak pembaca, penilai, dan penanggapnya. Suatu bukti lagi tentang banyaknya orang aneh di Kompasiana. Aneh kalau percaya Kang Fery bisa memasak semur sapi. Dia kan jago makan segala rupa semur. Terutama semur jengkol.
Daeng Rudy sendiri juga sekarang jadi terpapar virus nganehi. Aslinya dia penulis numerologi, sesuai kompetensi utama sampingannya. Bidang terapan utamanya Kamasutra. Sebab Kamasutra memang sepenuhnya soal angka-angka. Panjang, lebar, kedalaman, diameter, kerapatan, kekerapan, durasi, kecepatan, sudut, frekuensi, dan getaran. Itu semua soal angka.
Artikel-artikel Daeng Rudy itu dulu khas numerosutra (numeroligi-kamasutra). Itu seperti bau kentut yang sudah tercium sebelum bunyinya terdengar. Maksudku, pembaca sudah bisa mencium aroma numerosutra pada artikelnya sebelum Daeng Rudy menuliskannya. Â Kan, aneh itu, walau logis.
Tapi bukan itu yang paling aneh tentang Daeng Rudy. Dia sekarang terjun bebas dari penulis artikel numerosutra menjadi penulis artikel suka-suka. Termasuk  artikel hoaks klaim minum bir padahal teh es manis dalam gelas bir.Â
Sebenarnya masuk akal. Jika suami-istri berada di rumah selama 24 jam per hari dalam 1.5 tahun akibat pandemi, maka semua jurus numerosutra sudah tuntas dipraktekkan. Jadi, ya, artikel numerosutra gak laku lagi. Tak ada lagi yang baru, kecuali improvisasi-improvisasi aneh yang hanya cocok dengan ukuran Daeng Rudy sendiri.
Selain Kang Fery dan Daeng Rudy, ada lagi orang aneh yang baru ketahuan. Namanya Guido, kompasianer Pacar, Manggarai. Baru ketahuan kemarin, saat menanggapi artikel Engkong Felix tentang susu beruang dan susu kuda liar. Dia menanggapi dengan tawa panjang banget: "Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahhahahahahahahaha ...."
Tawa macam itu indikator keanehan berlebih. Jelas bukan karena minum susu beruang yang bisa bikin garang. Juga bukan karena minum susu kuda liar yang bisa bikin kelakian liar luar biasa. Sebab jika susu kuda luar yang diminumnya, tentulah dia tidak akan tertawa melihat ranjangnya rubuh karena dia sepanjang malam jingkrak-jingkrak macam kuda iar di atasnya.
Dugaan keras, mendekati kebenaran, Eja Guido telah salah minum susu ineweu, hantu rupa babi yang punya ambing susu bermeter-meter panjangnya. Entah dengan cara bagaimana dia memerah susu ineweu itu. Tapi jelas meminumnya bisa menyebabkan tawa berkepanjangan sampai mati.Â
Untunglah Giui cepat sadar dari tawa anehnya, karena ingat punya nadar tak akan menulis di Kompasiana sebelum pertanian dijadikan katergori artikel. Â
Selain Gui, masih ada kompasianer aneh lain, yaitu Mas Ozy Alandika, alias JomlOzy. Tapi keanehan Mas Ozy sudah gak ketulungan, sehingga saya taktega menuliskannya. Hanya Daeng Rudy yang tega.
Jadi, mari kita tunggu artikel Daeng Rudy tentang keanehan berlebih Mas Ozy belakangan ini.(eFTe)