Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Israel dan Palestina Perang, Dua Anak Indonesia Jadi Korban

22 Mei 2021   05:04 Diperbarui: 22 Mei 2021   18:16 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebakaran di Khan Yunish menyusul serangan udara Israel terhadap sasaran di Jalur Gaza Selatan, pada Rabu pagi (12/5/2021).(Foto dan kredit foto: Kompas.com/AFP PHOTO/YOUSSEF MASSOUD)

Tapi, seandainya pun Paul Zhang masih WNI, adakah preseden penistaan agama yang dapat dikenakan terhadapnya?  Mungkin orang akan menunjuk pada kasus Meliana (Tanjungbalai) dan Basuki Tjahaja Purnama (Jakarta).  

Baiklah, jika itu preseden hukum, lalu mengapa para penista agama Kristen dan Katolik yang telah berkoar sebelum Zhang berkoar tidak ditindak secara hukum?  Bukankah itu berarti negara telah bertindak diskriminatif terhadap warganya sendiri?

Lalu, baru-baru ini ada tokoh politik yang memberi label "Zionis Nusantara" untuk  kelompok warga yang ditengarai mendukung Israel. Implisit di balik itu, bisa ditafsir, ada label tandingan yang tak disebut yaitu "Hamas Nusantara." 

Labelisasi semacam itu mengarah pada pembelahan warga bangsa secara diametral. Zionis Nusantara berhadapan dengan Hamas Nusantara, jika benar ada. Itu bisa membahayakan persatuan bangsa. Apalagi bila kemudian ada yang mengkonotasikan Zionis Nusantaraitu  Kristen dan Hamas Nusantara itu Islam.

Pertanyaan kepada negara:  mengapa orang yang melontarkan label-label pemecah-belah bangsa, semacam Zionis Nusantara,  itu tak ditindak secara hukum?  Tidakkah itu lebih berbahaya ketimbang ulah dua anak TikTok yang  menghina Palestina?

Upaya Kapitalisasi Agama

Ada sekelompok anak bangsa kita, Indonesia, yang terbilang aneh.  Mereka lebih perduli pada apa yang terjadi di Palestina, Suriah, dan wilayah Rohingya Myanmar yang diamuk perang ketimbang pada masalah-masalah serius di negerinya sendiri.  

Rakyat yang tertindas di negara-negara itu misalnya mereka bela habis-habisan.  Sementara nasib saudara sekampungnya yang terpuruk dalam kemiskinan tak diperdulikan sedikit pun.    

Bahkan ada tokoh politik dan agama yang tega mengumpulkan donasi dari rakyat Indonesia yang ekonominya sedang hancur-lebur oleh pandemi Covid-19. Katanya dana itu membantu korban perang, antara lain  di Palestina. Wujud solidaritas, katanya.

Sekelompok anak bangsa itu membingkai (framing) konflik Israel dan Palestina sebagai konflik agama Jahudi versus Islam. Padahal Israel (Zionis), Palestina, dan negara-negara Arab sendiri memahaminya sebagai konflik batas kedaulatan teritori antara dua negara. 

Kelompok itu menutupi fakta kemajemukan agama. Israel tak melulu Jahudi, tapi juga Islam dan Kristen. Palestina juga tak melulu Islam, tapi juga warga Jahudi dan Kristen.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun