Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mengapa Takada Babi Ngepet di Tanah Batak

30 April 2021   06:50 Diperbarui: 30 April 2021   12:45 1931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari liputan6.com

Heboh babi ngepet berawal koplak dan berakhir koplak pula. Hanya karena ambisi ingin sohor, seorang tokoh lokal Sawangan Depok tega merekayasa penangkapan babi ngepet pencolong duit warga setempat. 

Tidakkah koplak memperalat seekor babi untuk menyohorkan diri? Lebih koplak lagi, banyak pula warga percaya mahluk itu  babi ngepet. Padahal di siang hari babi ngepet, kalau ada, mestinya kembali jadi manusia, bukan?

Akhir rekayasa itu pun koplak. Tersangka babi ngepet  itu dibunuh. Sebab dia menimbulkan kerumunan yang rentan menularkan Covid-19. Lha, jika benar itu babi ngepet, maka pembunuhnya kan bisa kena pasal pidana pembunuhan manusia.

Marilah kita berdoa.  Agar rakyat koplak menjadi cerdas. Tak tertipu lagi oleh para tokoh yang,  demi ambisi politiknya, gemar mengeksploitasi kekoplakan masyarakat.

Baidewei, pernahkan terpikirkan, mengapa isu babi ngepet selalu muncul dalam masyarakat yang tak memiara babi?  Isu itu hidup terutama dalam lingkungan komunitas Jawa yang notabene bukan peternak babi.

Mengapa isu babi ngepet tak ada di lingkungan komunitas peternak babi, katakanlah orang Batak Toba di Tanah Batak? Ada alasan yang masuk akal. Orang Batak kampung itu kenal semua babi di kampungnya. Ini babi Si Poltak, itu babi Si Berta.

Jadi, kalau tiba-tiba ada babi asing keluyuran malam hari, di saat babi lain tidur nyenyak,  percayalah, besok paginya itu babi pasti sudah berubah jadi saksang (cincang) dan tanggo (gajeboh). Ngeri kali, Kawan. Makanya maling duit mikir seribu kali untuk pakai jurus babi ngepet di Tanah Batak.

Kalau mau pakai babi sebagai modus cari uang, bukan curi uang, orang Batak lebih memilih piara babi pejantan. Pak Lambok, guru Biologi Si Poltak waktu SMA, punya profesi macam itu. Tiap sore, selepas mengajar, dia akan menuntun babi pejantan unggul miliknya untuk membuahi babi betina milik pelanggan. Kamuflasenya, praktikum Biologi.

Sebenarnya itu tergolong prostitusi babi, dengan pelaku utama babi gigolo. Soalnya babi gigolo itu nanti dapat bayaran, berupa uang atau anak babi jika sukses menghamili. Sebenarnya absurd, sudah babi betina dihamili, bayar pula. Tapi, ya, sudahlah. Banyak hal absurd di dunia perbabian.

Akan halnya Pak Lambok, dia sukses menyekolahkan anak-anaknya sampai sarjana antara lain dari hasil menjajakan alat kejantanan babinya.  Para tetangganya kerap bilang, "Anak-anak Pak Lambok jadi sarjana bermodalkan anujantan babi." Apa masalahnya, ya.  Itu benar dan halal, bukan? Iri, bilang, bang!

Oh, ya. Kalau kebelet ingin tahu mengapa isu babi ngepet timbul dalam komunitas bukan pemiara babi, silahkan tanya Daeng Khrisna Pabichara. Jubir Poltak Center itu siap menjawab pertanyaan tanpa jawaban 24 jam dalam 7 hari. (efte)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun