Dalam urusan menurunkan pangkat, Admin K terbilang sadis. Tapi tak sesadis Jenderal Naga Bonar. Naga Bonar menurunkan pangkat Lukman, bawahannya yang menghamili gadis kampung, dari Mayor langsung ke Sersan Mayor. Terjun lima tingkat.
Admin K hanya menurunkan pangkat Felix Tani tiga tingkat. Dari Maestro terjun ke Penjelajah. Tapi itu pun sudah terbilang sadislah. Malang benar nasib Felix Tani.
Seandainya tidak turun pangkat sesadis itu, tentulah Felix Tani sudah berbagi kamar di ruang Maestro dengan Pak Tjip(tadinata). Kan, enak untuk Pak Tjip, ada teman ngobrol di puncak piramida warga Kompasiana.Â
Kasihan sebenarnya Pak Tjip itu. Sendirian tanpa Bu Lina di ruang Maestro. Sepi sendiri. Kalau saya, sudah pasti kabur dari ruang sepi sendiri. Kabur ke ruang Penjelajah. Ada Felix Tani di sana.
Sebenarnya saya heran juga ada Kompasiana yang gila pangkat. Kasus aktual adalah Bang Syafei. Dia sungsang-sumbel nulis minimal tiga artikel per hari. Pernah sampai lima. Demi apa? Demi naik pangkat menjadi Fanatik.
Apakah Bang Fei tak paham risiko menjadi Fanatik? Dari fanatik bisa menjadi intoleran. Dari intoleran jadi radikal. Dari radikal jadi teroris. Apa jadinya kalau ada teroris  gentayangan di Kompasiana? Ya, gak apa-apa. Kan, cuma gentayangan.
Begitulah. Terimakasih.
Hampir lupa. Soal Felix Tani turun pangkat dari Maestro ke Penjelajah. Lelucon? Bukan! Itu fakta. Terjadi  pada  awal  penerapan sistem kepangkatan Kompasianer.
Waktu itu semua Kompasianer memang sempat menyandang pangkat  Maestro. Setelah sistem kepangkatan Kompasianer mantap, barulah setiap orang ditempatkan dalam ruang pangkat yang sebenarnya. Felix Tani turun menjadi Penjelajah.Â
Begitulah. Sampai hari ini Felix Tani masih mandeg di pangkat Penjelajah. Kasihan? Gaklah. Soalnya gak ada tunjangan kepangkatan.(*)Â
Â