Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Dicari: Nyamuk, Hidup atau Mati

28 Desember 2020   08:39 Diperbarui: 28 Desember 2020   18:44 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 memang bikin banyak orang menjadi irrasional. Beli seekor cupang atau sepokok janda bolong ratusan ribu rupiah, demi "manajemen betah di rumah" selama pandemi. Tapi Poltak menolak irrasional.  Lha, wong rasional aja udah susah.

"Cari jentik di rumah saja." Itu keputusan Poltak. Jentik. Bukan kutu. Sebab di rumah Poltak, tidak ada anggota keluarga yang kepalanya berkutu. Kepala tetangga mungkin ada yang berkutu. Tapi gimana cara nangkapnya?

Cupang kecil Si Raja Gentong di atap rumah kerangnya (Dokpri)
Cupang kecil Si Raja Gentong di atap rumah kerangnya (Dokpri)
Tapi Poltak lupa. Sejak DBD merebak di Gang Sapi dua tahun lalu, keluarganya sangat  benci pada genangan air. Tak ada wadah berair yang bisa jadi arena bertelur untuk nyamuk di rumahnya. Karena itu Poltak gagal menangkap jentik di rumahnya. Tidak seekor pun.

Itu sebabnya Poltak memutuskan untuk berburu nyamuk saja.  "Kalau jentik dimakan, pastilah induknya juga dimakan." Begitu pikiran logis Poltak. Dia ingat, orang Filipina, ya, makan balut, ya, makan ayam juga.  

Benar saja, prinsip itu juga berlaku untuk ikan cupang.  Dua ekor nyamuk pertama, hasil perburuan susah payah, langsung disambar cupang kecil itu, dengan gaya terkam yang indah. Poltak tambah bersemangat berburu nyamuk.

"Dicari: Nyamuk. Hidup atau Mati!" Itu semboyan Poltak, macam dia hidup di era Wild West saja. Dia hilir-mudik dari pekarangan belakang  ke pekarangan depan. Menelisik setiap helai daun, demi seekor nyamuk. Tapi tak seekorpun ketangkap. Sungguh, perburuan yang konyol. 

Tidak berputus asa, Poltak memasang perangkap jentik. Sebuah kemasan botol minum berisi air ditaruh di antara tanaman pekarangan. Maksudnya untuk menjebak nyamuk bertelur di situ.  Poltak lupa, dua ekor nyamuk terakhir di rumahnya sudah ada di dalam perut cupang. Lalu, siapa pula yang akan bertelur di situ.

Sebenarnya Poltak bisa saja menjaring jentik di selokan jorok di depan rumahnya. Tapi bakalan apa kata dunia, kalau seorang Kompasianer kepergok massa lagi ngudak kecu di selokan.

"Pak, mandi!  Jangan ngurusin cupang aja!" Istrinya mengingatkan Poltak dengan nada suara sewot. Nah, itu pertanda baik. Istri Poltak mulai cemburu pada seekor cupang kecil. Itulah hasil terdahsyat dari kerepotan Poltak dengan cupangnya selama dua hari terakhir.

Aih, ini hari Senin, ya. Hari penuh ide cemerlang. Ayo, semangat! (*)

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun