Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Lima Artikel Lagi Genap Seribu, Mau Apa Lagi?

9 Desember 2020   20:54 Diperbarui: 10 Desember 2020   05:44 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Betapa indah istirahat (Foto: id.theasianparent.com)

Lima artikel lagi setelah tulisan ini, capaian jumlah artikelku akan genap seribu. Lalu? Mau apa lagi setelah itu? 

Nanti saya akan jawab. Saya ingin cerita acak tentang beberapa hal yang terjadi dalam "Perjalanan Menuju Seribu" itu. 

Dengarlah baik-baik. Sebab ini cerita dari seorang yang telah beruban dan berumur, kata lain dari "orang tua".

Mengawali cerita dari belakang, saya baru tahu bahwa dua orang rekancanda di K, Mas (S.) Aji dan Prov. Al Peb(rianov) ternyata bernasib serupa denganku. Sama-sama dua kali nomine Best in Opinion, lalu sama-sama dua kali "kalah".  

Karena itu kami bertiga tergolong  warga yang berempati pada seseorang telah dua kali nyapres dan dua kali pula kalah. Sekalipun kami bukan simpatisannya. Begitulah praktik politik yang beretika.

Saya memang menganggit puisi "Suara Orang Kalah (di Kompadianival 2020)", sebagai "opini" terhadap kontestasi K'nival Awards. Itu bukan puisi duka karena kalah. Tapi puisi luka karena kami, oleh suatu0 sistem kapitalis, dibuat menjadi "orang kalah" di lingkungan "keluarga" K.  Kontestasi yang tidak etis itu bukan kemauan kami, tapi kemauan K(ompasiana) yang K(apitalis).

Saya bilang tidak etis karena K'ners direkayasa menjadi hakim atas saudaranya sendiri, untuk menentukan siapa yang  layak "menang". Lalu yang "kalah", termasuk mayoritas non-nomine, itu apa. Bukankah K dibangun oleh ratusan ribu K'ners yang tak termasuk dalam bilangan "pemenang"? 

Tentu soalnya menjadi beda jika, misalnya, dibuat pemilihan terbuka untuk menentukan, katakanlah, duapuluh orang yang disepakati mewakili K'ners menerima bingkisan terimakasih dari K pada setiap helatan K'nival.

Tentang bingkisan itu, tentulah nomine yang "kalah" akan kebagian juga. Tahun lalu saya misalnya mendapat merkandis kaos, kantong, dan dompet kartu. Tahun ini tentulah akan kebagian pula. Tentu harus berterimakasih sebab kebetulan saya memerlukan henpon baru. Henpon lama sudah eror-eroran sehingga kerap menghasilkan artikel bermutu rendah. Seperti artikel ini.

Lupakan soal K'nival Awards yang tidak transparan itu. Lupakan soal nomine Best in Opinion. Sebab saya dan rekan-rekan K'ners sudah "The Best in my Opinion". Karena kita semua, yang "dimenangkan" dan "dikalahkan" serta yang "tak dihitung", sudah memberika yang terbaik dari diri kita di K ini. Karena itu Min K sungguh keterlaluan teganya,  masih gigih mempertahankan tombol "TIDAK MENARIK" di bawah artikel.

Sebenarnya Aji, Peb dan saya adalah manusia-manusia tahu diri. Kami sadar mustahil menjadi pemenang di K karena, dari segi mazhab tekstualisasi, kami adalah penyimpang. Aji adalah penganut mazhab narsisme, Peb penganut mazhab nudisme, dan saya penganut anarkisme varian kenthirisme.  (Saya sudah pernah menulis artikel tentang hal itu di K.)  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun