Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Bahasa Bikin Poltak Dua Kali Pingsan

18 September 2020   15:26 Diperbarui: 18 September 2020   20:08 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari siwalimanews.com

 

Bahasa bisa bikin pusing tujuh keliling lalu jatuh pingsan. Poltak adalah saksi korban yang terpercaya untuk kasus seperti itu. Dia sudah mendalaminya dua kali dalam dua kali 24 jam.

Kejadian pertama, kemarin malam. Dalam tidurnya yang nyenyak, dia bermimpi didatangi seorang lelaki yang, rasanya, dia pernah lihat entah di mana.

"Hi," lelaki itu menyapa, "Kenalkan, saya Vicky. Twenty ninth my age. Aku korban kudeta cinta prematur akibat kontroversi hati. Juga menderita labil ekonomi akibat konspirasi kemakmuran yang mempertakut. Aku perlu solusi harmonisisasi konsonan langit demi statusisasi."

Demi mendengar kalimat-kalimat Vicky, Poltak langsung pusing tujuh keliling lalu, dalam mimpinya, jatuh pingsan.

Kejadian kedua, tadi malam. Sebelum berangkat tidur, Poltak membaca artikel tajaan Sigit Eka Pribadi di Kompasiana. Judulnya "Kudeta Tersamar terhadap Soeharto, Sebuah Misteri di Balik Reformasi?" (K. 17/9/20). Keren.

Awalnya baik-baik saja. Tapi Poltak mulai pusing tiga keliling saat membaca paragraf ini:

"Retorika juga menjadi cara untuk melakukan viktimasi terhadap pemerintah sebagai kondisi negatif, penerapannya terlihat dari berbagai bentuk antitesis yang dikembangkan dengan memproduksi pernyataan-pernyataan antitesis yang dimanipulasikan sebagai dialektik, sehingga kredibilitas Presiden Soeharto dipudarkan dengan berbagai bentuk isu."

Yok, opo, rek! Bayangan Vicky yang datang dalam mimpi di malam sebelumnya berkelebat di benaknya.

Diteruskannya juga membaca alinea selanjutnya:

"Proses distorsi terhadap kredibilitas terhadap kapasitas Presiden Soeharto itu telah sangat matang, dengan adanya penggabungan antara kekuatan appeal to reason dan appeal to emotion."

Alamak! Poltak tambah pusing dua keliling lagi, sehingga semuanya sudah lima keliling. Tapi masih ada kekuatan untuk masuk ke paragraf berikut:

"Kontestasi dan konstelasi makna retorika terhadap reformasi jadi konstruksi perubahan terkait nilai-nilai yang diperjuangkan dari perubahan itu sendiri."

Jebol sudah resistensi Poltak.  Genaplah pusingnya tujuh keliling. Bersamaan dengan hadirnya bayangan Vicky yang tergelak di benaknya, dia jatuh pingsan.

"Hei, bangun. Kamu jatuh dari ranjang lagi." Istri Poltak menggoyang-goyang tubuh suaminya itu.

Rupanya Poltak jatuh tidur saat membaca, lalu artikel terbawa ke dalam mimpi.

"Mimpi apa?" tanya isterinya.

"Hadeuh. Saya mimpi berantem dengan Khrisna Pabichara," Poltak ngarang. "Dia tidak terima disalahkan atas kekacauan berbahasa Kompasianer."(*)
 
 
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun