Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kisah Misteri Jeruk Purut di Jakarta

24 Juli 2020   12:09 Diperbarui: 24 Juli 2020   14:31 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pemakaman Jeruk Purut Jakarta di malam hari. Seram tapi tak ada hubungannya dengan artikel ini. (Foto: idntimes.com/vanny el rahman)

Begitulah.  Untuk keperluan bumbu masak, awal tahun lalu isteri Poltak minta untuk ditanamkan pohon jeruk purut di pekarangan rumah mereka. Memenuhi permintaan isteri, Poltak membeli pohon jeruk purut dalam pot di lapak penjual tanaman kebun dan pekarangan di Ragunan.

Selama enam bulan pertama, pohon jeruk purut dalam pot itu tumbuh segar ceria.  Daunnya lebat dan hijau cerah.   Hampir setiap hari isteri Poltak memanen daunnya untuk bumbu masak. Hampir setiap hari juga Poltak menikmati masakan enak berbumbu daun jeruk.  Pasti sedaplah, soalnya bikinan isteri sendiri.

Memasuki bulan ketujuh, mulai terjadi keanehan.  Daun pohon jeruk purut tiba-tiba layu meloyo.  Poltak dan isterinya masjgul. Gerangan apa yang terjadi dengan pohon jeruk purut mereka?  Beberapa hari yang lalu masih segar, kok sekarang mendadak layu. 

Padahal setiap memanen daunnya isteri Poltak selalu merayu.  Minta maaf karena daunnya dipetik terus.  Mohon agar Si Jeruk Purut itu tidak sakit hati dan tetap sudi menghasilkan daun segar yang lebat.  Sudah dirayu habis-habisan kok sekarang bisa layu.

Tindakan isteri Poltak sebenarnya sudah tepat. Menurut hasil riset, tanaman perlu sapaan dan sentuhan kasih sayang.  Supaya dia senang dan semangat berkembang.   Tanaman yang mendapat perlakuan kekerasan pasti akan stress berat  lalu mati.  Kalau tak percaya, coba bacoki pohon apa saja yang ada di depan rumahmu tiap hari. Kalau itu pohon tidak tewas, berarti dia pohon plastik.

Kembali ke pohon jeruk purut milik Poltak dan isterinya. Beberapa hari kemudian dedaunannya betul-betul mongering dan gugur semua.  Menyisakan batang dan ranting yang meranggas genas. Isteri Poltak berduka lagi kehilangan pohon bumbu andalannya.  Poltak juga bersedih, terbayang tanpa daun jeruk purut masakan isterinya tak seenak biasanya lagi.

Sedih boleh tapi akal sehat tetap harus tetap dipiara.  Poltak berusaha memecahkan misteri kematian pohon jeruk purutnya itu.  Menurut diktat Pengantar Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman yang pernah dibacanya puluhan tahun lalu, kematian tanaman yang ditandai oleh daun layu biasanya berpangkal dari masalah perakaran.

Poltak kemudian mencabut pohon jeruk purut mati itu dari potnya.  Benar saja, akarnya membusuk semua.   Pantas saja dia mati. Kelaparan karena cairan makanan tidak bisa terangkut dari dalam tanah lewat serapan akar ke dedaunannya.  Sinar matahari kemudian tidak memicu foto sintesis melainkan menyerap habis cairan daun.  Matilah dia.  Nah, misteri kematian terpecahkan setengahnya.

Pertanyaan selanjutnya, mengapa akar jeruk purut itu membusuk.  Poltak mencoba menyigi perlakuan terhadap tanaman itu ke belakang. Selain disirami dengan rayuan maut isterinya, dia ingat, dia juga selalu menyirami pohon itu setiap hari. Masalahnya, struktur tanah di bawah pot sudah membatu sehingga air menggenangi perakaran dalam waktu cukup lama.

Akar terendam air dalam waktu lama adalah salah satu sebab.  Satu sebab lagi, Poltak ingat bahwa dua hari sebelum pohon itu layu, dia memupuknya menggunakan urea.  Niatnya agar daunnya tambah lebat dan hijau.  Rupanya dosis urea berlebihan.  Ditambah rendaman air, tanah pot menjadi panas. Akar jeruk purut malang itupun matang terkukus, lalu membusuk capat, sehingga tewaslah dia. 

Misteri kematian pohon jeruk purut terpecahkan, sudah.  Kasus ditutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun