Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jengkel pada Admin Kompasiana

2 Juli 2020   14:59 Diperbarui: 7 Juli 2020   16:33 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi kejengkelan (Foto: erabaru.net)

Kemarin saya jengkel betul pada Admin Kompasiana.  Artikel saya, "Mengapa Felix Tani Menulis Humor" mendadak didegradasi dari label "Artikel Pilihan" menjadi "TL" (Tanpa Label).  Label "Artikel Pilihan" itu otomatis sifatnya untuk Kompasianer "centang biru".

Saya jengkel karena yakin tidak ada masalah sensitif, juga indikasi plagiasi, pada artikel "humor" itu.   Karena itu saya tulis "catatan akhir" bernada jengkel pada artikel itu.  Saya bilang, menurut Admin K artikel itu bermutu rendah.   

Karena itu, kemarin saya putuskan untuk moratorium menulis artikel di Kompasiana, memberi kesempatan saya introspeksi. Sambil tak lupa merevisi judul artikel menjadi "Mengapa Menulis Humor di Kompasiana?"

Eh, ndilalah, itu artikel mendadak nongol lagi sebagai "Artikel Pilihan".  Entah apa pertimbangan Admin K berubah pikiran. Mungkin khawatir petani tua ini terserang darah tinggi karena jengkel. 

Ada satu frasa tentang kualitas manusia yang saya suka dalam masyarakat Batak Toba yaitu parroha simulak-ulak,  hati yang cepat luruh. Jika "lawan" sudah sadar keliru dan minta maaf, implisit ataupun eksplisit, ya sudah, kita baikan lagi.  Karena itu moratorium menulis di Kompasiana langsung dicabut.

***

Saya sadar betul, Admin K itu kerja keras untuk menjamin dan meningkatkan mutu Kompasiana.  Juga untuk menjaga Kompasianer dari "celaka".  

Langkah blokir akun, hapus artikel, degradasi label artikel, dan teguran formal semua itu demi mutu dan keselamatan Kompasiana dan Kompasianer. Tidak ada maksud lain, apalagi maksud "menjahati" atau "menyakiti".

Jadi jika dengan langkah-langkah itu Kompasianer merasa "dijahati", dan yakin diri "benar", ya tegur baliklah Admin K.  Kalau perlu sekalian marahi.  Marah itu tanda kasih.

Admin K juga perlu dibantu untuk menjaga mutu Kompasiana.   Agar "taman literasi" yang indah ini tidak berubah menjadi "tempat sampah". Penuh dengan artikel-artikel yang menerabas etika, misalnya artikel plagiasi dan artikel propaganda ke-SARA-an.

Contoh, saat artikel ini saya tulis dan tayangkan, di Kompasiana ini ada satu akun yang menurut saya menerbitkan artikel-artikel plagiasi, menukil mentah-mentah dari narasi seorang aktivis medsos yang rutin tampil di saluran Cokro TV.  Saya sungguh heran, Admin K bisa kecolongan dan membiarkan akun itu eksis. Ini tidak adil untuk rekan-rekan yang akunnya pernah diblokir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun