Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Solusi Kemiskinan Petani Manggarai, Postscriptum Diskusi di Kompasiana

2 Juni 2020   10:56 Diperbarui: 2 Juni 2020   16:56 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sawah lingko di Cancar Manggarai, Flores NTT (Foto: phinemo.com)

Kedua, masalah penyempitan luas lahan sawah per rumahtangga petani. Ini disebabkan faktor pertumbuhan jumlah petani yang pesat di satu pihak, sementara luas sawah cenderung tetap atau bahkan berkurang.   

Selain itu terjadi pula pengurangan luas baku sawah  karena "kelas menengah kota" (penguasa dan pengusaha) membeli sawah untuk dikonversi peruntukannya ke non-sawah.

Ketiga, masalah brain drain masyarakat petani Manggarai.  Sektor pertanian, karena terbelakang, dinilai tidak memberi cukup nafkah.  Karena itu generasi muda memilih merantau ke Malaysia, menjadi buruh perkebunan.   

Akibatnya petani Manggarai kini didominasi generasi tua dengan pikiran tradisional, kalau bukan kolot.

Keempat, lambatnya adopsi inovasi teknologi pertanian modern, antara lain benih unggul dan teknik budidaya terbaru.  Inia da hubungannya dengan karakter "lamban" (late adopter) dan bahkan "resisten" (laggard) pada generasi tua yang mendominasi populasi petani Manggarai.

Kelima, perilaku birokrasi (penguasa) yang cenderung abai pada pembangunan pertanian dan lebih mementingkan investasi pada sektor ekstraktif pertambangan.  

Pertanian dan pertambangan cenderung berkonflik. Pertambangan akan mengurangi lahan pertanian.  Sedangkan pertanian menjadi kendala ekspansi lahan tambang.

Keenam, perubahan struktur penguasaan lahan sawah dari sistem komunal (lodok-lingko) ke sistem individual yang cenderung komersil (petty capitalist).  Ini  menghilangkan sistem "tolong-menolong" (dodo) dalam relasi produksi pertanian.   

Sistem upahan yang kapitalistik datang menggantikan "dodo".   Komponen upah ini tergolong tinggi dalam struktur biaya usahatani. Dia menjadi pengurang signifikan untuk margin usahatani.

Itulah sekurangnya enam persoalan pertanian sawah yang terangkum dari hasil diskusi dengan rekan-rekan Kompasianer . (Silahkan baca komentar-komentas pada artikel tersebut).

Stagnasi Pertanian Padi Sawah Manggarai
Bisa disimpulkan bahwa pertanian padi di Manggarai sebenarnya sedang mengalami stagnasi, atau bahkan ada gejala kemunduran relatif (jika membanding dengan Jawa, misalnya).  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun