Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Para Perempuan Roguing di Tengah Sawah Sukamandi

10 Oktober 2019   10:31 Diperbarui: 10 Oktober 2019   12:21 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Profil Bu Entin, salah seorang perempuan roguing di kebun benih padi PT Sang Hyang Seri, Sukamandi (Dokumentasi Pribadi)

Artinya, untuk benih padi, toleransi CVL maksimal 5 persen. Ini toleransi untuk keterbatasan kemampuan teknis manusia.

Seorang perempuan roguing in action di tengah sawah Sukamandi, Subang (Dokumentasi Pribadi)
Seorang perempuan roguing in action di tengah sawah Sukamandi, Subang (Dokumentasi Pribadi)
"Mengapa menggunakan jasa pekerja perempuan?" saya menyelidik. "Karena wanita lebih telaten dan teliti dibanding laki-laki," argumen Mas Agus. Masuk akal. 

Dibanding laki-laki, gender perempuan memang diakui lebih andal untuk melakukan pekerjaan yang mempersyaratkan ketelatenan dan ketelitian tinggi. "Laki-laki suka gak sabaran. Hasil roguingnya gak maksimal," terang Mas Agus.

Saya berbicang dengan salah seorang perempuan roguing. Namanya Entin, Bu Entin, yang hidup setia menjanda. "Sudah lama, belasan tahun," jawab Bu Entin waktu saya tanya sudah berapa lama menjadi buruh roguing. Dilihat dari masa kerjanya, mestinya Bu Entin sudah berpengalaman dan punya keterampilan rouging tinggi.

"Apakah Bu Entin pernah mendapat pelatihan rouging dari perusahaan?" 

"Tidak pernah, Pak," jawabnya, yang diamini Mas Agus, GM Kebun. 

Jadi bagaimana caranya Bu Entin dan kawan-kawannya mendapatkan keterampilan roguing? Pagi itu kelompok kerja Bu Entin terdiri dari tujuh orang.

Mereka adalah warga desa-desa dari kecamatan-kecamatan lingkar kebun padi SHS Sukamandi yaitu Kecamatan Ciasem, Blanakan, dan Patokbeusi. Kelompok Bu Entin misalnya berasal dari Desa Pinangsari Kecamatan Ciasem. 

Untuk diketahui luas kebun benih padi SHS di Sukamandi mencapai 3,150 ha dalam satu hamparan. Areal ini menjadi sumber nafkah penting bagi petani dari desa-desa sekitatnya, sebagai penggarap ataupun buruh tani.

Kebun benih padi SHS di Sukamandi itu menangkarkan kelas Benih Pokok (Stock Seed) untuk memproduksi kelas Benih Sebar (Extension Seed). Benih Sebar ini disebut benih komersil yang dijual untuk dibudidayakan petani dalam usaha produksi padi konsumsi.

Para perempuan rouging di kebun benih padi SHS itu, termasuk Bu Entin dan kawan-kawan, tidak dilatih khusus dalam kelas tapi dibimbing langsung di lapangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun