Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Dari Debat Capres: Mau Menang? Marahlah!

2 April 2019   14:03 Diperbarui: 2 April 2019   17:59 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi sejurus kemudian, Mas Duty Manager datang ke meja Poltak sekeluarga dengan senampan aneka roti di tangannya.

"Sekali lagi mohon maaf atas keterlabatan ini, Pak.Sambil menunggu sebentar, sudilah menikmati sekadar penganan pembuka," katanya sambil menyajikan senampan roti dengan kesantunan yang meluluhkan amarah.

Sudah pasti yang paling senang adalah kedua anak perempuan Poltak.Terutama si bungsu yang sangat takjub dan bangga pada bapaknya yang mampu mendatangkan roti hanya dengan sebuah kemarahan di saat lapar mendera.

Besok malamnya, Poltak sekeluarga memilih makan malam di sebuah rumah makan di Jogjakarta. Ndilalah, nasib serupa menimpa pula. Hampir 30 menit beralalu, pesanan belum keluar juga dari dapur. Keluarga Poltak mulai ngoceh lagi.

"Ayo, Pak. Marah lagi kayak kemarin. Biar kita dapat roti lagi," tiba-tiba si bungsu memberi saran kepada Poltak. Rupanya kejadian malam sebelumnya sangat berkesan di hati si bungsu.

***

Anak perempuan bungsu Si Poltak seorang pembelajar polos yang cepat.  Langsung punya simpulan bahwa kemarahan di restoran akibat pesanan terlambat datang bisa mendatangkan roti sebagai unjuk sesal.

Kemarahan Pak Prabowo langsung mengingatkan saya pada "humor revolusi mental" lama itu. Sehingga, sejujurnya, saya termasuk seorang yang tertawa saat Pak Prabowo memarahi audiens debat yang "tertawa karena pertanahan kita rapuh" (tafsir Pak Prabowo atas tawa audiens).

Jika disimak dengan baik, kemarahan Pak Prabowo sebenarnya dipicu oleh satu kalimat sederhana dari Pak Jokowi:  "Saya melihat, Pak Prabowo tidak percaya pada TNI kita."

Kalimat itu langsung menyulut emosi  Pak Prabowo karena merasa harga diri dan integritasnya sebagai (purnawirawan) TNI diragukan Pak Jokowi.   Maka keluarlah pernyataan pembelaaan diri yang keras dan keluar dari isu debat:   "... saya pertaruhkan nyawa di TNI, saya lebih TNI dari banyak TNI!"

Selanjutnya, untuk meyakinkan Pak Jokowi bahwa dia "lebih TNI dari TNI", maka Pak Prabowo mengritik keras persenjataan dan pertahanan Indonesia yang dinilainya rapuh.  Tapi tak bisa menunjukkan serapuh apa, dan salah siapa sehingga jadi rapuh (ini yang membuat audiens tertawa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun