Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Studi Kasus Selokan Gang Sapi di Jakarta (Bagian Ketiga)

31 Agustus 2018   06:00 Diperbarui: 31 Agustus 2018   07:53 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi Gang Sapi Jakarta suatu sore, Jumat 24 Agustus 2018 (Dokpri)

Maka inilah yang terjadi kemudian: naturalisasi tidak, normalisasi setengah hati. Sikap "setengah hati" itu tampak dari  kecenderungan pengendoran disiplin petugas PPSU.  

Seperti itu jugalah yang teramati di Gang Sapi. "Pasukan Oranye" dan gerobak sampah bermotornya tak lagi rutin beroperasi. Dalam bulan-bulan terakhir ini, ada kalanya petugas PPSU tidak hadir di Gang Sapi selama satu sampai dua minggu.

Akibatnya, karena gerobak sampah tak kunjung tiba,  warga kembali membuang sampah ke selokan. Aneka limbah padat kembali menumpuk membendung campuran aneka limbah cair yang meruapkan bau busuk ke udara Gang Sapi.

Selokan Gang Sapi tanggal 24 Agustus 2018, mampet dibendung sampah, sudah 3 minggu (Dokpri)
Selokan Gang Sapi tanggal 24 Agustus 2018, mampet dibendung sampah, sudah 3 minggu (Dokpri)
Dari kelompok-kelompok gosipan dan obrolan warga Gang Sapi, tidak ada ujaran yang menyalahkan Gubernur Anies atas keadaan itu. Apalagi ujaran yang membanding ke masa Ahok. Satu-satunya yang dikeluhkan, dan kemudian dikecam, adalah petugas PPSU yang disiplin kerjanya sudah melonggar.

Bukannya tak ada yang dikerjakan petugad PPSU di Gang Sapi. Setidaknya mereka memperbaiki tembok selokan yang runtuh terinjak roda truk material bangunan yang sarat muatan.

Juga mengganti beton penutup selokan yang jebol terinjak gerobak sampah bermotor, tepat di depan rumah janda yang pernah disapa Sandiaga semasa kampanye.

Tapi kerja yang paling mendasar, yaitu pemeliharaan kebersihan gang dan selokan, sudah mulai menurun intentasnya. Fakta terbaru, selama bulan Agustus 2018, tumpukan sampah padat di selokan Gang Sapi masih bertahan. Tidak ada petugas PPSU yang mampir mengangkatnya.

Karena memampetkan saluran, lalu meruapkan bau, seorang warga kemudian berinisiatif menarik sampah itu ke setengah badan selokan. Dengan begitu air selokan mengalir lancar kembali.

Tapi sampah masih tetap di selokan. Dan sampah baru datang tiap hari. Maka selokan nanti akan mampet lagi. Warga berharap segera turun hujan besar menghanyutkan sampah itu ke Kali Mampang.  

Disana, bersama sampah-sampah dari selokan lain, polutan padat itu  akan membentuk endapan sampah lagi. Persis seperti dulu, semasa pemerintahan Sutiyoso sampai Fauzi Bowo di Jakarta.

Jadi, jika sistem PPSU pada akhirnya nanti mandeg di Gang Sapi, maka tak ada yang bisa dikatakan lagi kecuali "Selamat datang kembali masa lalu yang kumuh dan bau."

Lantas, sekarang, apa yang bisa disimpulkan dari studi kasus selokan Gang Sapi ini?

(Bersambung ke Bagian Keempat, Terakhir)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun