Bagi saya, pemilihan Walikota/Wakil Walikota Ternate 2015 sangat menarik dibanding dengan kabupaten/kota lain di Maluku Utara. Betapa tidak, suatu kebanggaan bagi warga  Kota Ternate, karena yang akan bertarung nanti, adalah calon walikota dengan latar pendidikan semuanya S3, atau doktor : Dr. Sudjud Siradjudin, MH;  Dr. H. Burhan Abdurahman, MM; Dr. Sidik D. Siokona, M.Pd; dan Dr. Abdurahman.
Memperhatikan para calon walikota dengan gelar doktor, akan memberikan harapan besar, bahwa empat persoalan Kota Ternate yang saya sampaikan di atas, mungkin akan sedikit berkurang. Karena keempat calon walikota ini memiliki visi, konsep, dan metode yang tepat untuk memberi jawaban atas persoalan kota.
Di sinilah kemudian, saya menyadari, seandainya kemarin saya lolos dalam pencalonan sebagai Walikota Ternate dan berada di antara keempat tokoh dengan latar pendidikan yang disebutkan di atas, betapa saya menjadi demikian tidak berarti apa-apa. Ibarat, semut di antara para gajah.
Tetapi kemudian saya lalu menyadari. Kemampuan dan kompetensi kepemimpinan seseorang tidak diukur dari latar belakang pendidikan yang disandangnya, namun dari karya nyata yang pernah dihasilkan, serta memberikan manfaat bagi orang banyak, itulah kepemimpinan.
Saya pun sedikit merenung, bahwa masing-masing orang tentu memiliki talenta kepemimpinan dan pikiran untuk bekerja sesuai dengan pilihan-pilihan nalurinya. Saya pun bertaruh dengan diri sendiri, sekiranya satu dari keempat calon walikota yang ada keluar sebagai pemenang, dan dalam lima tahun kemudian tidak mampu memecahkan persoalan kota ini, atau dengan kata lain tidak ada yang memberikan pengaruh bagi pembangunan Kota Ternate, berarti saya pun akan mulai berpikir  ulang untuk mengumpulkan koin-koin dari hasil kembalian beli rokok sebagai modal bertarung  menjadi calon walikota Ternate tahun 2020 nanti.
Saat ini, saya bersyukur, masih diberi kemampuan berkhayal dan berimajinasi dari Tuhan untuk menjadi orang yang dapat bekerja memperbaiki Kota Ternate. Sambil menikmati sebatang rokok, secangkir kopi, mengumpulkan sisa-sisa angan, lalu berhitung dan bertanya : "seandainya saya walikota Ternate, dari mana saya akan mulai bekerja?" Sisa kopi masih ada, diam-diam saya berpikir : memang tidak mudah menjadi pemimpin. Tidak sekadar punya semangat, punya dana, atau negosiasi partai politik, tetapi lebih penting, dapatkah mengurus diri orang lain? Sementara diri sendiri masih belum selesai diurus.....Hehehe tabea []