Mohon tunggu...
m. sulhan saofi
m. sulhan saofi Mohon Tunggu... Penulis

tertarik pada dunia hukum, pendidikan, dan isu-isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta Itu Seni, Bukan Sekadar Perasaan (Refleksi dari Buku The Art of Loving Karya Erich Fromm)

4 September 2025   15:44 Diperbarui: 4 September 2025   20:12 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku The Art of Loving Seni Mencintai Erich Fromm (sumber: https://id.pinterest.com/pin/4598879001957126656/)

Kata "cinta" sangat familiar di telinga kita, kebanyakan orang membayangkan itu sebagai sebuah perasaan nyaman yang datang begitu saja. Kita tidak pernah terlepas menggunakan istilah "jatuh cinta", seolah-olah cinta itu sendiri adalah sesuatu yang menimpa kita secara tiba-tiba, tanpa perlu usaha yang dilakukan. Akan tetapi, Erich Fromm, salah satu psikoanalis dan filsuf jerman, melalui karyanya yang sangat terkenal The Art of Loving, menegaskan bahwa cinta bukan suatu perasaan yang pasif, melainkan sebuah seni yang harus dipelajari.

Fromm memulai bukunya dengan pertanyaan yang sangat mendasar, "is love an art? Then it requires knowledge and effort" (apakah cinta itu seni? Maka ia membutuhkan pengetahuan dan usaha). Menurut Erich Fromm, hampir kebanyakan orang menginginkan cinta, akan tetapi hanya segilintiran orang yang benar-benar mau belajar cara mencintai. Kebanyakan orang justru sibuk hanya memikirkan bagaimana cara untuk dicintai, bukan bagaimana mengasah kemampuan untuk mencintai. Tentunya dua hal tersebut antara mencintai dan dicintai hal yang berbeda.

Cinta Adalah Tindakan, Bukan Perasaan Sesaat

Bagi Erich Fromm, kesalahan yang sering terjadi dalam memandang cinta adalah menyamakannya dengan sensasi awal jatuh cinta. Ia menulis

"This attitude, that nothing is easier than to love, has continued to be the prevalent idea about love in spite of the overwhelming evidence to the contrary." (Sikap bahwa tidak ada yang lebih mudah daripada mencintai, terus menjadi gagasan yang umum tentang cinta meskipun ada banyak bukti yang menyatakan sebaliknya).

Kita seringkali berfikir bahwa rasa kegembiraan dan berdebar-debar di kala baru bersama pasangan adalah bukti cinta sejati. Padahal, itu hanyalah awal dari sebuah perjalanan. Menurut fromm, cinta sejati bukan soal "falling in love" melainkan tentang "standing in love", berdiri di dalam cinta dengan penuh kesadaran, komitmen dan kedewasaan.

Prinsip Cinta ala Erich From

Erich Fromm menjelaskan cinta sejati selalu mengandung empat prinsip utama, yaitu Care, Responsbility, Respect, dan Knowledge. Yang pertama Care, cinta sejati dimulai dari kepedulian. kita tidak mampu untuk mengatakan mencintai seseorang jikalau kita tidak peduli pada hidup dan pertumbbuhannya. seorang ibu mencintai ankanya, bukan hanya ia memberi makan, tetapi juga merawat, menjaga, mendampingi, dan berusaha untuk membuatnya tumbuh bahagia. Fromm berkata "love is the active concern for the life and the growrth of that which we love." Artinya "cinta adalah perhatian aktif terhadap kehidupan dan pertumbuhan sesuatu yang kita cintai." 

Yang kedua adalah responsibility. dari kepedulian akan terlahir tanggung jawab. tidak hanya tanggung jawab yang dipaksakan, tetapi juga respon alami terkait kebutuhan orang yang kita cintai. Disaat sahabat atau pasangan sedang sakit, kita merawatnya bukan disebabkan ada kewajiban hukum atau aturan yang berlaku, tapi karena kita didorong oleh cinta untuk hadir. Inilah makna dari responsibility menurut Fromm "responsibility is my response to the needs, expressed or unexpressed, of another human being." "Tanggung jawab adalah respons saya terhadap kebutuhan, baik yang diungkapkan maupun yang tidak diungkapkan, dari manusia lain." 

Yang ketiga Respect, cinta akan kehilangan makna sesunggunya jika berubah mejadi upaya menguasai. memberi respect artinya memberi ruang bagi orang yang kita cintai untuk selalu tumbuh menjadi dirinya sendiri. kita tidak bertujuan untuk mencoba mengendalikan atau memaksa, akan tetapi kita mendukung supaya ia berkembang sesuai potensinya. Fromm berkata "respect means the consern that the other should grow and unfold as he/she is." (rasa hormat berarti kepedulian bahwa orang lain harus tumbuh dan berkembang sebagaimana dirinya"). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun