Mohon tunggu...
Muji Astuti
Muji Astuti Mohon Tunggu... -

Menulis merupakan aktivitas menarik perhatian saya sejak SD. Sekian lama tidak dikembangkan muncul keinginan untuk menulis buku sesuai kemampuan dan pengalaman, terlebih setelah saya berhasil merampungkan tesis tepat waktu di MM UI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Evaluasi Distribusi Daging Qurban

16 Oktober 2013   21:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:27 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tragedi desak-desakan hingga jatuh korban senantiasa berulang di masjid Istiqlal. Jatuhnya korban meninggal dalam antrian pembagian hewan qurban bukan hal yang dapat dianggap enteng. Masjid yang pengelolaannya mestinya menjadi barometer dan acuan dari masjid-majsid  lain di Indonesia seakan tak pernah serius berbenah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (umat), khususnya di hari Idul Qurban.

Jauh dari masjid Istiqlal, di sebuah kompleks perumahan pinggiran kota Bogor  terdapat masjid As Surur yang sejak tiga atau empat tahun lalu telah memperbaiki manajemen distribusi hewan Qurban kepada mustahik dan masyarakat sekitar. Tata demografi khas komplek perumahan yang dikelilingi perkampungan penduduk asli dari etnis sunda dan betawi, membuat prioritas kegiatan sosial masjid termasuk distribusi hewan qurban diarahkan kepada warga sekitar. Pengalaman tak tertibnya antrian dan kericuhan (tentu tak sebesar yang terjadi di Istiqlal) membuat pengurus masjid dan panitia mencari formula yang tepat agar peristiwa sama tidak berulang. Manajemen yang dilakukan oleh masjid As Surur dapat dicontoh oleh masjid Istiqlal dan masjid lain guna perbaikan distribusi hewan qurban.

Koordinasi dengan masjid sekitar serta jajaran “kependudukan” seperti rukun warga dan rukun tetangga untuk memperhitungkan kebutuhan hewan qurban disesuaikan dengan jumlah penduduk yang berhak pada tiap titik (kampung). Pengurus masjid As Surur tentu harus mau blusukan untuk memastikan kebenaran data yang disodorkan. Koordinasi tersebut akan memastikan daging qurban diberikan kepada yang berhak secara merata, tidak tumpang tindih serta mencerminkan kolektifitas dan kebersamaan. Bayangkan saja, bila ternyata satu masjid di kampung tertentu membutuhkan lima ekor kambing, dan dari warga setempat sudah terdapat dua ekor, maka hewan qurban yang dibutuhkan tinggal tiga ekor, sehingga hewan qurban dapat didistribusikan lebih luas dan lebih jauh kepada kampung yang selama ini kurang terjangkau. Dengan posisi sebagai masjid utama di Jakarta rasanya tak sulit bagi istiqlal untuk melakukan koordinasi dengan masjid lain serta aparat kelurahan atau pemerintah daerah terkait.

Hewan qurban didistribusikan dalam keadaan hidup. Mekanisme ini dapat menumbuhkan keterlibatan masyarakat (mustahik) dalam penyembelihan dan pemotongan daging qurban. Hikmah lain yang dapat dipetik adalah pemahaman akan  dibutuhkannya proses dan waktu untuk menyiapkan daging qurban sejak disembelih hingga  didistribusikan,  hal ini dapat menumbuhkan kesabaran para mustahik. Menjadi penonton sambil mengantri sejak hewan baru dipotong cenderung membuat para mustahik resah dan dalam jumlah yang massif seperti di Istiqlal, sangat wajar bila terjadi akumulasi keresahan berupa desak-desakan hingga jatuh korban.

Distribusi hewan qurban didelegasikan pada masjid atau petugas yang ditunjuk sesuai dengan tempat penyembelihan. Hal ini akan memotong jumlah antrian serta meningkatkan izzah (harga diri) para mustahik. Mekanisme ini juga membuat distribusi hewan qurban lebih efisien, hemat waktu, biaya dan tenaga baik dari sisi panitia maupun masyarakat. Komentar gubernur Jakarta bahwa panitia yang mestinya mendatangi masyarakat, sangat relevan dengan apa yang dilakukan oleh masjid As Surur sejak tiga tahun lalu. Pengawasan tetap dilakukan oleh masjid As Surur untuk meminimalkan penyimpangan di lapangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun