Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemudahan di Balik Kesulitan

21 November 2021   19:49 Diperbarui: 21 November 2021   19:50 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjalin silaturahmi dengan sesama manusia itu perlu dan sangat dianjurkan oleh ajaran agama. Sekedar menanyakan kabar, mengucapkan selamat lebaran dan lain sebagainya adalah bentuk-bentuk dari banyaknya teknik untuk saling bertegur sapa. Menjaga hubungan tidak lantas harus sering bertemu secara fisik, meskipun hal tersebut lebih utama. Kemajuan teknologi telah memfasilitasi manusia bersilaturahmi tanpa dihalangi jarak dan waktu.

Hari ini cukup tahu nomer handphone, kita sudah bisa bertegur sapa melalui panggilan telepon, SMS, WhatsApp, telegram dan sosial media lainnya. Dunia digital begitu memanjakan manusia sehingga setiap saat bisa berkomunikasi dengan sesamanya tanpa perlu beranjak pergi dari tempat duduknya. Bahkan pekerjaan pun tidak lagi menuntut kehadiran secara fisik, meeting dan tugas bisa dikerjakan online.

Pun demikian banyak pula orang yang suka berganti nomor handphone. Tahun lalu nomernya A, tahun ini B, besok ganti C. Ketika seorang teman memilih berganti nomer dan tidak memberitahukannya pada kita, maka untuk sejenak silaturahmi pasti akan terjeda. Nomer kontak yang tersimpan di handphone sudah tidak bisa dihubungi lagi.

Banyak alasan orang berganti nomer telepon, ada yang hilang, nomernya tidak hokky, dikejar-kejar orang, ditagih debt colector, diteror orang, dan masih banyak lagi alasan. Kebanyakan orang yang berganti nomer karena adanya permasalahan. Bagi mereka, berganti nomer adalah solusi dari permasalahan yang dihadapi.

Apakah kemudian permasalahan selesai dengan berganti nomer? Apakah tidak mungkin pada akhirnya orang lain tidak mengetahui nomer barunya?


Lari bukanlah suatu kebebasan 

Banyak orang lebih suka berlari dari masalah daripada menyelesaikannya. Indikator yang jelas adalah dengan berganti nomer telepon. Permasalahan tidak akan selesai meskipun seribu kali kita mengganti nomer. Kebetulan dari awal sampai sekarang nomer telepon saya tidak pernah ganti, meskipun pernah mengalami teror debt colector kartu kredit, tagihan, maupun sadapan.

Hidup selalu mempunyai permasalahannya masingmasing yang berbeda antara satu orang dengan lainnya. Hanya orang mati yang tidak punya permasalahan. Sepanjang manusia hidup, maka setiap saat akan diuji dengan banyak permasalahan.

Manusia tidak bisa berharap masalah pergi dengan sendirinya. Kemanapun manusia melangkah, ada saja masalah yang datang. Apakah dengan berlari maka masalah akan tertinggal? Tentu tidak, meskipun untuk sejenak kita merasa "terbebas" dari masalah.

Orang yang lari dari masalah tidak lantas bebas dari masalah tersebut.Sebagai contoh orang yang mempunyai hutang banyak pada temennya, lantas kabur dan memilih menghilang serta memutuskan kontak. Apakah kemudian dia bebas? Tidak, hutangnya masih ada, hatinya juga selalu diwarnai kecemasan, kalau-kalau berjumpa dengan teman yang menghutanginya.

Dominic Toretto dalam Fast Five pernah berkata "lari bukanlah kebebasan". Ada makna yang mendalam dari kalimat tersebut, lari dari masalah justru menjadi simbol keterjajajahan manusia oleh masalahnya. Kebebasan yang dirasakannya adalah semu, bentuk lain dari keterkungkungan hidup.


Hadapilah, jangan takut

Manusia dianugerahi otak untuk berpikir. Masalah yang muncul dapat diatasi dengan berpikir jernih. Bukankah sudah disabdakan dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 286 bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Semestinya manusia yakin bahwa masalah yang dihadapi tidak akan melebihi batas kemampuannya, yang artinya pasti dia sanggup menghadapinya. Berlari bukan solusi, namun justru adalah pengabaian terhadap kemampuan manusia sendiri dalam menuntaskan bebannya.

Bukankah Allah sudah katakan "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar" (QS. Al Baqarah: 153). Kurang apalagi jaminan dari Allah agar manusia bisa menyelesaikan permasalahan atau beban yang menimpa dirinya?

Sama seperti sepasang suami istri  jika mempunyai permasalahan dalam rumah tangga, tidak akan selesai jika masalah itu dibawa keluar rumah dan lantas menjadi konsumsi publik. Masalah akan selesai jika suami istri membicarakannya bersama dan memutuskan penyelesaiannya meskipun rasanya pahit.

Berlari bahkan bunuh diri tidak pernah menjadi solusi untuk tiap permasalahan yang dihadapi manusia. Hanya ada tiga cara menyelesaikan masalah, yakni hadapi, hadapi, dan hadapi. Sesulit apapun permasalahan jangan pernah kita berkecil hati dan menyerah. Yakinlah ada solusi dan kemudahan.

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" (QS. Al-Insyirah: 5-6).

MRR, Bks-21/11/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun