Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebih Baik Diam

20 Maret 2018   18:43 Diperbarui: 20 Maret 2018   18:53 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih ingat dengan Bedu yang pernah diceritakan dalam tulisan saya sebelumnya berjudul "Pemimpin Dilarang Mengeluh" pada tanggal 17 Maret 2018? Menurut info yang saya tahu saat ini Bedu masih bekerja di perusahaan yang sama. Sepertinya semangatnya sudah pulih untuk tetap bekerja dengan baik. 

Dia mungkin sudah melupakan keluhannya tentang karirnya dan sikap bosnya akan keluhannya. Satu hal yang pasti, meskipun sebelumnya dia mengeluh mengenai karirnya, yang dia kritisi adalah kondisi dirinya, bukan menjelek-jelekkan dan mencomooh perusahan tempat dia bekerja mencari nafkah hingga kini.

Berkebalikan dengan Bedu, teman saya lainnya (beda perusahaan dengan Bedu) yang bernama Arta (nama samaran) selalu merasa tidak puas dengan perusahaan tempatnya bekerja. Saya mengenal Arta 15 tahun lalu, kebetulan pernah sam-sama bekerja di satu perusahaan dulunya sebut saja perusahaan X. Ada saja alasan yang dijadikan bahan untuk mengolok-olok dan mencemooh perusahaan tempatnya bekerja. 

Mulai dari kerja yang harus shift, performa atasan yang dianggap buruk, perusahaan yang kurang memperhatikan gaji dan kesejahteraan karyawan. Kasarannya kalau bertemu dan membahas perusahaan, dia selalu mengungkapkan kejelekan perusahaan. Ketidakpuasan Arta hampir selalu dibarengi dengan penilaian dia terhadap dirinya yang tinggi, seolah-olah untung banget perusahaan mempekerjakan dia.

Arta hampir selalu berkomentar miring terhadap perusahaan tempatnya bekerja, sebuah pabrik yang cukup besar. Seringkali pula Arta menyatakan akan hengkang dan mencari pekerjaan yang jauh lebih baik daripada pekerjaan di perusahaannya saat itu. Namun setiap kali berkumpul dengan teman-teman lama di perusahan X dan bertemu Arta, ternyata dia masih bekerja di perusahaan X itu. Bahkan setelah 15 tahun berlalu Arta ternyata masih bekerja di Perusahaan X. Saya tidak tahu apa yang terjadi, namun kondisi dan perlakuan Perusahaan X sepertinya tidak jauh berbeda dari dahulu, sehingga menimbulkan tanda tanya mengapa si Arta tidak juga keluar.

Cerita ketidakpuasan seseorang terhadap perusahaan tempatnya bekerja rupanya tidak hanya untuk kaum pekerja pabrik. Pada duatu kampus universitas swasta yang cukup besar di JABOTABEK rupanya hal seperti Arta juga terjadi. Seorang dosen bernama Mikael merasa tidak puas dengan setiap kebijakan dan perlakuan pihak universitas terhadap dosen. Mungkin cukup subjektif penilaian Mikael mengingat tidak semua dosen merasakan hal yang sama. 

Namun Mikael yang baru bergabung dengan universitas tersebut sekitar dua tahun sering mengungkapkan kekecewaannya kepada rekan-rekan sejawatnya. Kalau hanya mengungkapkan kekecewaan saja mungkin masih wajar, tapi dalam beberapa kesempatan sampai mengumpat, memperolok-olok kampus tempatnya mengajar sebagai kampus yang tidak profesional, jelek, dan hal buruk lainnya.

Namun sama seperti Arta, Mikael tidak kunjung resign dari kampus tempatnya mengajar. Usut punya usut ternya gaji di kampusnya termasuk tinggi dengan jam kerja yang lebih fleksibel dibandingkan dengan kampus lainnya di sekitarnya. Mungkin itu yang membuatnya bertahan, gaji yang lumayan serta belum diterima di tempat lain yang lebih baik. Mengolok-olok kampus tempatnya mengajar jalan terus, namun bekerja di situ juga tetap berlanjut.

Perilaku seperti Arta dan Mikael sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari bahkan terkadang di antara kita termasuk saya pernah melakukannya. Menurut saya sangat naif ketika kita masih bekerja dan mencari nafkah di suatu perusahaan namun kita malah memperolok-olok perusahaan kita. 

Semestinya ketika terjadi suatu permasalahan atau kondisi yang kita rasa tidak benar dan merugikan, maka sampaikanlah kritikan atau usulan perbaikan pada pengelola perusahaan. Baik itu perusahaan maupun kampus tentu punya mekanisme penyelesaian terhadap keluhan tenaga kerjanya. Jangan suka berbicara di belakang namun tidak pernah mengungkap ganjalan hatinya pada pihak yang berwenang.

Takut, barangkali itu yang dirasakan Arta dan Mikael apabila menyampaikan unek-uneknya pada manajemen perusahaan atau kampus tempat mereka bekerja. Mereka pun takut meninggalkan tempat kerjanya sekarang karena belum ada jaminan ketika keluar akan dapat kerja yang lebih baik. Kembali lagi ini soal pilihan, takut berpendapat menyebabkan kita berlaku tidak patut. Takut tidak mendapat kerja membuat kita tetap tinggal di tempat kerja yang tidak membuat nyaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun