Solat jum'at hari ini terasa istimewa bagi saya, bukan karena saya duduk di shaf kedua dari depan tapi banyak kejadian menarik sebelum dan sesudahnya.
Walhasil waktu menunjukkan kira-kira pukul 11.46 WIB atau kira-kira 15 menit sebelum waktu adzan berkumandang ketika tiba-tiba ajudan Direktur Utama menghampiri ketua DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) yang duduk di shaft pertama persis di depan saya. Seketika itu juga ketua DKM beranjak berdiri dan menuju ke pintu masuk masjid. Saat itu jamaah yang mengisi masjid baru sekitar separuh dari kapasitas yang ada.
Terlihat dari tempat saya duduk ketua DKM dan Direktur Utama berbicara sebentar hingga 2 menit kemudian ketua DKM sudah kembali di depan saya memutar melalui pintu samping. Masjid yang kami gunakan ini berada di lingkungan kantor perusahaan kami, dulunya hasil sumbangan dari Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila.Â
Saya melihat Direktur Utama sedang mengatur dan mengarahkan jamaah solat Jum'at yang baru datang untuk mengisi shaft-shaft yang masih kosong di depannya. Bersamaan denga itu ketua DKM mengumumkan melalui speaker masjid agar para jamaah yang hadir merapatkan barisan dan mengisi shaft-shaft di depannya yang kosong terlebih dahulu.
Setelah selesai solat Jum'at, ketika masih duduk di dalam masjid, beberapa pengurus menghampiri dan mengajak saya untuk bersama-sama makan siang dengan menu nasi kebuli yang sudah disediakan. Alhamdulillah kalau rejeki memang tidak kemana gumam saya dalam hati sambil menerima ajakan teman-teman saya tersebut. Bergabunglah saya dengan para pengurus DKM menikmati hidangan nasi kebuli dengan lauk daging ayam dan kambing. Nasi kebuli dihidangkan dalam nampan plastik dimana satu nampan dimakan ramai-ramai oleh 5 orang. Sekitar 5 nampan saat itu yang disediakan untuk dinikmati beramai-ramai karena yang hadir juga sekitar 25 orang.
Kelihatannya nasi kebuli itu sedikit, namun ternyata satu nampan bisa membuat tiap orang kekenyangan. Sulit rasanya membayangkan harus menghabiskan nasi kebuli sendirian, pasti tidak kuat. Seorang teman berkata, "kalau makannya berjamaah pasti kita bisa menghabiskan senampan nasi kebuli, coba kalau sendirian." Benar juga rasanya kata-kata teman saya, dengan bersama-sama kita menjadi lebih punya semangat untuk menghabiskan dan menuntaskan pekerjaan yaitu menghabiskan nasi kebuli.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu ketika pak Direktur Utama muncul dan menyalami kami satu-persatu di ruang rapatnya. Rupanya Direktur Utama punya perhatian kepada DKM sebagai pelayan umat. Direktur Utama menyampaikan bahwa tadi dia mengambil inisiatif mengatur jamaah agar tidak duduk dan bergerombol di belakang tetapi terlebih dahulu menempati shaft yang kosong di depannya.
Sehingga saat khotbah jumat dimulai orang tidak berjalan melewati orang di depannya untuk mencari tempat yang kosong. Kalau semua pengurus DKM berlomba-lomba berada di shaft terdepan, sementara tidak ada petugas yang mengatur jamaah untuk rapi dan mengisi shaft-shaft yang kosong, lalu siapa yang mengatur dan menertibkan shaft jamaah. Untuk itu kedepannya sangat dianjurkan ada petugas tersendiri yang mengambil peran pengaturan jamaah seperti ini.
Saya berpikir dalam hati benar juga Direktur Utama ini. Keutamaan seorang jamaah adalah menduduki shaft pertama, namun bukan berarti berperan dalam mengatur jamaah dan ketertiban shaft sehingga tidak bisa menempati shaft pertama karena menjalankan tugas ini akan menghilangkan nilai lebih dari kehilangan shaft pertamanya. Allah maha tahu apa yang dilakukan hambanya dan Maha Adil.
Selain membicarakan tadi yang dilakukan soal pengaturan shaft jamaah, Direktur Utama juga memberi masukan atas berbagai program dan kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh DKM. DKM harus bisa proaktif dan kreatif dalam mengelola kegiatannya untuk melayani umat. DKM ditantang untuk menyelenggarakan program-program yang bermanfaat sperti umroh bersama, pemungutan zakat dan lain-lain namun harus dikelola dengan baik dan benar karena merupakan amanah umat.
Direktur Utama menyatakan bahwa menjalankan program ini jangan karena manusia namun karena Allah dan hanya mengharap pahala dari Allah. Program-program dan agenda keagamaan yang banyak dan menantang pasti bisa terwujud bila kita sama-sama mewujudkannya, asal sama-sama pasti bisa, begitu pesan Direktur Utama. Hampir satu jam rasanya ketika diskusi tersebut kemudian kami akhiri dan mohon pamit pada Direktur Utama.
Pelajaran yang didapat dalam rentetan kejadian ini adalah tentang berjamaah. Berjamaah dalam menjalankan peran dan tangung jawabnya masing-masing sehingga akan menciptakan harmoni dan keselarasan untuk mencapai satu tujuan.
Mengelola masjid untuk melayani umat tidak bisa hanya dilakukan oleh ketua DKM, namun semua pengurus dengan kesadarannya sendiri harus mau bergerak dan menjalankan tugas dan perannya dengan baik dan benar. Itulah poin berjamaah atau bersama-sama. Tidak ada pekerjaan yang terasa berat ketika dilaksanakan secara bersama-sama, susah senang ditanggung bersama.
Itulah mengapa solat berjamaah lebih utama dan lebih banyak pahalanya daripada solat sendirian. Berjamaah akan membuat kita kuat, tidak tercerai-berai. Lebih banyak kebaikan yang bisa dilakukan secara bersama-sama dibanding sendirian melakukannya.Â
Namun sebaliknya jika konteks berjamaah dilakukan untuk mengerjakan suatu hal yang buruk, kejahatan, maupun kemungkaran, maka efeknya juga lebih dahsyat lagi. Oleh karenanya berjamaah harus diletakkan dalam konteks kesadaran bersama untuk mengerjakan hal-hal yang baik, yang diperintahkan Allah. Renungkanlah hadits berikut:
"Tidaklah ada tiga orang dalam satu perkampungan atau pedalaman tidak ditegakkan pada mereka shalat, kecuali Syaithan akan menguasainya. Berjama'ahlah kalian, karena serigala hanya memangsa kambing yang sendirian." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya, kitab Ash Shalat, Bab At Tasydid Fi Tarkil Jama'ah, no. 460, An Nasa'i dalam Sunannya, kitab Al Imamah, Bab At Tasydid Fi Tarkil Jama'ah, no.738 dan Ahmad dalam Musnadnya, no. 26242.)
Marilah kita belajar berjamaah dengan cara yang paling gampang adalah dengan solat berjamaah 5 waktu di masjid. Seringnya berjamaah akan membuat kita memiliki perasaan persaudaraan. Adanya perasaan persaudaraan maka hubungan manusia satu sama lain menjadi lebih dekat, sehingga tidak sungkan untuk saling mengingatkan ketika berbuat salah maupun saling mengajak berbuat kebaikan. Akhirnya luruskan niat, rapatkan barisan, berjamaahlah kita dalam kebaikan.
MRR, Jkt-09/03/2018
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI