Inovasi Nuklir Tertahan oleh Regulasi
Startup nuklir Valar Atomics, bersama dengan negara bagian Texas, Utah, Louisiana, Florida, dan Arizona, menggugat Komisi Regulasi Nuklir AS (NRC). Mereka menilai bahwa regulasi NRC terlalu ketat dan tidak sesuai untuk reaktor modular kecil (SMR) dan mikroreaktor yang dianggap lebih aman dan efisien.
Isaiah Taylor, pendiri Valar Atomics, menyatakan bahwa perusahaannya terpaksa mengembangkan reaktor uji coba di luar negeri karena proses perizinan NRC yang memakan waktu hingga 5--7 tahun. Hal ini dianggap menghambat inovasi dan perkembangan teknologi nuklir di AS .Â
Dampak Regulasi terhadap Industri Nuklir
Gugatan ini menyoroti bahwa NRC menerapkan persyaratan yang sama untuk semua jenis reaktor, tanpa mempertimbangkan ukuran dan tingkat risikonya. Sebagai contoh, NuScale, satu-satunya perusahaan yang mendapatkan persetujuan NRC untuk desain SMR, menghabiskan $500 juta dan 2 juta jam kerja selama beberapa tahun hanya untuk mendapatkan persetujuan desain.
Negara-negara lain seperti China dan Korea Selatan telah meluncurkan program nuklir kecil mereka sendiri dengan lebih cepat, sementara AS hanya membangun tiga reaktor baru dalam 25 tahun terakhir.
Kontroversi Desentralisasi Regulasi
Gugatan ini juga mengusulkan agar sebagian tanggung jawab regulasi dialihkan ke tingkat negara bagian. Namun, para ahli memperingatkan bahwa pengawasan yang tidak konsisten di tingkat negara bagian dapat merusak standar keselamatan dan kepercayaan publik terhadap energi nuklir.
Masa Depan Energi Nuklir di AS
Dengan meningkatnya investasi swasta dan dukungan publik terhadap energi nuklir, gugatan ini dapat menjadi momentum untuk mereformasi regulasi dan mendorong inovasi di sektor energi bersih. Namun, keseimbangan antara inovasi dan keselamatan tetap menjadi tantangan utama.