Mohon tunggu...
R Aulia
R Aulia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menjadi Lentera bukan Angin yang selalu meredupkan upaya penerangan anak-anak bangsa

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Rumah Wawan: Bukan Kunjungan Biasa Penyidik KPK

28 Januari 2014   09:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390877346564506674

Oleh:

M. R. Aulia

Ditulis Selasa Pagi, 28 Januari 2014, dan diselesaikan pukul 09:17 WIB.

[caption id="attachment_318821" align="alignnone" width="460" caption="Mobil Wawan dan Pasukan Berompi Krem, Sumber: Detik"][/caption]

Kabarnya kemarin (27/01/2014), KPK kembali berkunjung ke rumah seorang suami dari salah satu walikota cantik di Indonesia. Kunjungan yang sudah diketahui bahwa si-empunya rumah dipastikan tidak berada ditempat. Tetapi, mereka yang berseragam dengan label KPK tetap memaksakan diri untuk datang berkunjung. Tentu bukan kunjungan biasa. Setelah berkali-kali mondar-mandir dari satu rumah di tempat lain dan kemarin mendatangi rumah yang lainnya. Mereka sengaja datang untuk membuktikan seberapa besar tuan pemilik rumah bersalah atau tidak. KPK adalah lembaga yang masih dikenal dengan reputasi dan kredibilitas yang tinggi. Di samping lembaga tinggi lainnya, yang sudah sedikit tercemar. Kunjungan KPK yang melibatkan pasukan berompi krem dengan label KPK, serta pasukan bermasker, biasanya mengesankan ada permasalahan. Permasalahan demi menjawab sebuah teka-teki tindakan tidak wajar dan mencurigakan. Mereka datang berkunjung untuk menyidik, mencari barang bukti atas sesuatu kasus yang disangkakan kepada target operasi. Dimanapun tempatnya. Hotel, restoran, kantor, jalan raya, dan sebagainya. Mereka datang untuk menahan seseorang dari berbagai tempat yang berbeda tersebut. Setelah itu, mereka datang mencari barang bukti. Segala sesuatu yang mempunyai kaitan dengan kasus tidak wajar (korupsi) yang disangkakan. Mulai dari benda biasa sampai benda yang katanya mewah. Mulai dari tumpukan berkas-berkas persuratan (hard copy/soft copy), hingga kendaraan yang mempunyai kecepatan tinggi. Sebut saja, Ferrari, Lamborghini, Bentley dan setumpuk item mewah lainnya. Tidak jarang, berita penyitaan sejumlah berkas dan barang super lux tersebut menjadi pemberitaan di berbagai media. Para kuli tinta bersemangat meliput penyitaan tersebut. Apalagi kemarin, 27/01/2014, jalur dari rumah tersangka menuju kuningan, kantor awak berompi krem, menarik perhatian publik yang kebetulan melintasi di ruas jalan tersebut dalam waktu yang bersamaan. Seolah-olah parade hiburan atau konvoi kendaraan mewah sedang terjadi dan berakhir di pelataran parkir gedung KPK. Gedung KPK yang semula berisi parkiran kendaraan para pegawainya, sekarang berubah menjadi showroom nan mewah. Kendaraan yang berwarna eye catching terparkir rapih dan berjejer di parkiran tersebut. Semuanya dilakukan pasukan berompi krem serta bermasker tersebut, guna mempermudah penyidikan suatu kasus yang disangkakan. Pasukan tersebut terus menjalankan tugas mereka, sampai benar-benar apa yang mereka sita memiliki hubungan yang kuat atas dugaan. Dugaan membeli item mewah tersebut dengan alat tukar yang didapatkan dengan cara tidak wajar. Rasanya, setelah melihat fenomena penyitaan berbagai benda dan item yang bernilai sangat mahal tersebut, kita sering menaruh rasa curiga terhadap kendaraan mewah yang membelah kemacetan ibu kota atau jalan raya pada umumnya. Seakan-akan tunggangan mewah tersebut adalah hasil dari bagian yang tidak wajar. Dugaan atau hasil pencucian uang dan sebagainya. Maklum, terbawa suasana pemberitaan yang begitu masif. Bermula dari kunjungan pasukan berompi krem dan pulang membawa banyak barang bawaan. Di samping itu, publik yang menggunakan kendaraan yang terkadang tidak tergolong sebagai barang mewah, sering menempelkan sebuah stiker di bagian belakang kendaraan yang bertuliskan biar jelek namun bukan hasil korupsi dan model tulisan lainnya dengan nada yang sama. Seakan-akan mewah itu aib di jalanan Indonesia. Artinya, kendaraan mewah yang berseliweran di jalanan Indonesia penuh dengan kecurigaan. Mewah sedikit, selalu dianggap sebagai barang hasil tidak wajar. Sedikit-sedikit orang gampang tersirat pikiran yang aneh-aneh. Padahal tidak semuanya bisa disama-ratakan. Setiap waktu, publik dihidangkan pemberitaan tertangkapnya mereka yang diduga berlaku tidak wajar. Mulai dari kunjungan pertama pasukan berseragam krem, dan bermasker, lalu dilanjutkan dengan berbagai kunjungan lainnya. Menyita dan menyita demi mencari sebuah jejak atau penjelasan sebuah dugaan dan keterkaitan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, harapannya adalah kasus penegakan hukum yang dilakukan oleh KPK seharusnya murni penegakan hukum berbasis pencegahan lebih lanjut.Tidak hanya sebagai lembaga yang selalu menangkap orang demi orang setiap waktunya. Menyita satu item dan ratusan item mewah lainnya. Akan tetapi, seiring adanya berita penangkapan tersebut, dapat membuat banyak orang jera dan takut dan tidak sebaliknya.Menjadi biasa dan berita penangkapan dan kunjungan KPK hanya sebatas rutinitas belaka yang berseliweran di layar kaca pemberitaan atau hanya sekedar hiburan dan bahan gosip para gosipers. Seolah-olah KPK terus bekerja dengan hanya menangkap seseorang di berbagai tempat, berkunjung, menyita dan membawa hasil temuannya ke ruang persidangan. Harus diakui, banyak program pencegahan ala KPK lainnya terus dilakukan, namun kendalanya adalah pemberitaannya tidak sebegitu meriah dan masif bila dibandingkan berita penangkapannya. What's wrong? Ideologi bad news is goodnews, masih melanda media kita? Sejatinya, keberhasilan kinerja KPK tidak semata-mata dengan kuantitas penangkapan, penyitaan, dan penjeblosan para koruptor saja dan cukup. Melainkan bagaimana KPK dapat memberikan dan melahirkan 'kualitas maksud' di balik berita penangkapan yang bersumber dari mereka, menjadi kasus yang berdampak positif. Sehingga kasus korupsi dapat diminimalisir dengan baik dan membuat orang yang berniat korupsi tidak berani.


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun