Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Elefun Run 2025

11 Agustus 2025   12:11 Diperbarui: 11 Agustus 2025   12:11 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gemini Generated Image

Suara notifikasi grup WhatsApp bagai rentetan meriam yang membangunkanku dari lelap. Mataku masih terasa lengket dan berat, namun jemariku sudah sigap meraih ponsel yang tergeletak di nakas. Kulihat deretan pesan dari grup EleFunRun 2025. Nama grup itu sendiri sudah cukup membangkitkan senyum di bibirku, mengingatkanku pada petualangan lari pagi di tengah hutan Taman Nasional Way Kambas.

Kuceritakan sedikit, kemarin adalah hari yang luar biasa. Ratusan orang, tua-muda, dari berbagai penjuru, berkumpul di Way Kambas, Lampung Timur, untuk lari bersama. Bukan sekadar lari, tapi sebuah perayaan, sebuah deklarasi cinta pada alam dan gajah.Malam itu, setelah pulang dengan kaki pegal dan wajah gosong terbakar matahari, aku tertidur pulas. Baru saja aku bermimpi sedang berlari santai di padang rumput yang hijau, menyusuri rute yang kemarin kami tempuh. Kurasakan angin sejuk membelai wajah, terdengar kicauan burung-burung yang merdu, dan tercium aroma tanah basah bercampur dedaunan. Tiba-tiba, rentetan notifikasi itu mengoyak mimpiku.  
Pesan-pesan awal di grup penuh dengan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada panitia. "Mantap sekali acaranya!" "See you next event min!" Pesan-pesan itu mengalir deras, membanjiri layar ponselku. Rasanya seperti gelombang ombak yang tak ada habisnya. Senang rasanya melihat betapa antusiasnya para peserta. Setelah itu, barulah disusul pertanyaan-pertanyaan yang paling sering muncul di setiap acara lari: "Adakah link foto kak?", "Ada free foto gak min?", "Kami nungguin Google Drive FG nya min". Pertanyaan-pertanyaan itu seperti mantra yang diucapkan secara berjamaah, menunjukkan betapa pentingnya dokumentasi bagi para pelari. Kami semua ingin mengabadikan momen, membuktikan pada dunia (dan diri sendiri) bahwa kami pernah ada di sana, berlari, dan bersenang-senang.

Tentu saja, ada juga yang iseng, melontarkan candaan ringan untuk mencairkan suasana. "Tolongg j2 prime saya meledak". Pesan itu membuatku terkekeh geli. Ada juga yang mengeluh tentang hal-hal kecil, seperti hadiah *doorprize* yang kurang banyak atau foto yang buram. Namun, semua keluhan itu diungkapkan dengan nada santai dan jenaka. Mereka mengkritik sambil tertawa, dan panitia menanggapinya dengan lapang dada.

Salah satu pesan yang paling berkesan bagiku adalah, "Rasa sakit dan linu-linu ini sungguh nikmat."

Pesan itu menyentuh hatiku. Itu adalah ungkapan yang sempurna untuk menggambarkan perasaan para pelari. Setelah berlari sekian kilometer, otot-otot terasa kaku, lutut terasa ngilu, dan seluruh tubuh bagai dihantam palu. Namun, di balik rasa sakit itu, ada rasa puas yang tak terkira. Sensasi nikmat itu muncul karena kita telah mendorong diri kita melampaui batas, menantang fisik dan mental kita.

Aku teringat saat-saat terakhir menjelang garis *finish* kemarin. Kakiku rasanya sudah tidak sanggup lagi melangkah. Setiap tarikan napas terasa berat, paru-paruku bagai terbakar. Keringat membanjiri wajahku, menetes dari dagu dan dahi, terasa asin di bibirku. Namun, begitu kulihat spanduk *finish* di ujung jalan, semangatku kembali menyala. Sisa-sisa tenagaku kurahkan untuk berlari sekuat tenaga. Saat menjejakkan kaki di garis *finish*, air mataku hampir menetes. Bukan karena sedih, tapi karena bangga. Aku berhasil!

Seorang peserta lain menyampaikan kritik yang sangat membangun tentang kondisi jalan di sekitar Way Kambas. "Sekelas WAY KAMBAS itu taman Nasional tapi akses nya masih belum bisa dibilang dengan kata layak," tulisnya. "Tujuannya biar tau tuh para pejabat kalo jalan-jalan masih banyak yang rusak." Komentar ini memunculkan gelombang dukungan. Semua setuju bahwa lari ini, selain untuk bersenang-senang, juga bisa menjadi sarana untuk menyuarakan aspirasi, untuk menunjukkan bahwa alam dan konservasi adalah hal yang penting. Panitia menanggapinya dengan bijak, berjanji untuk menjadikan masukan ini sebagai bahan evaluasi.

Obrolan di grup terus berlanjut. Dari diskusi tentang acara lari selanjutnya di Lampung, hingga candaan tentang foto-foto yang berbayar. Ada yang mengeluh fotonya buram, ada yang kesal karena tidak ada fotonya sama sekali. "Makin kece poto larinya makin semangat larinya, yg lemes-lemes jalan aja liat FG langsung lariiii n gaya (lewat FG jalan lagi) : hayooo ngakuuuu gak kalian," tulis seorang anggota grup dengan tawa. Aku tersenyum membaca pesan itu. Rasanya seperti kami semua ada di sana, di satu ruang, saling berbagi cerita dan tawa.

Aku menatap layar ponselku, melihat pesan-pesan terakhir yang dikirim. "laper mata, semua jajanan di icip, enak-enak juga jajanan UMKMnya, EleFUN RUN bener bikin Fun" tulis seorang anggota. "Yap.. Kalau di kota aah sudah biasaa... Ini butuh perjuangan buat ksana dan menikmati udara yg fresh," sahut yang lain.

Pesan-pesan itu bagai lukisan yang sempurna untuk mengakhiri malam. Aku merasa hangat dan bahagia. Bukan hanya karena aku berhasil menyelesaikan lari, tetapi karena aku menjadi bagian dari komunitas yang begitu solid, peduli, dan penuh semangat. Kami mungkin bertemu untuk pertama kalinya, namun ikatan yang terjalin terasa begitu kuat. Ini adalah bukti bahwa olahraga memiliki kekuatan untuk menyatukan orang, menciptakan persahabatan, dan menginspirasi kebaikan.

Akhirnya, aku mematikan ponselku dan memejamkan mata. Kali ini, mimpi indah datang tanpa harus menunggu. Dalam mimpiku, aku kembali ke Way Kambas. Kurasakan hembusan angin yang lembut, kudengar suara jangkrik yang merdu, dan tercium aroma tanah yang sejuk.  Aku tersenyum, siap untuk petualangan berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun