Pada tanggal 7 Agustus 2025, MTsN 1 Bandar Lampung menjadi tuan rumah sebuah kegiatan penting, yaitu Sosialisasi Kurikulum Berbasis Cinta dan Deep Learning. Acara yang berlangsung dari pukul 13.00 hingga 17.00 WIB ini juga menghadirkan workshop pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), seperti ChatGPT, Diffit, dan Wizer, dalam pembelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkaya wawasan para pendidik, memotivasi mereka untuk mengadopsi pola pikir yang berkembang (growth mindset), serta mengintegrasikan teknologi modern dengan nilai-nilai kemanusiaan dalam proses belajar-mengajar. Partisipasi aktif dari berbagai pihak, baik narasumber maupun peserta, membuat suasana acara menjadi hidup dan penuh makna.
Tanggapan Narasumber
Dr. Syahrul AR, M.Pfis, yang berasal dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung, hadir sebagai narasumber utama. Menurutnya, hal paling bermanfaat dari kegiatan ini adalah berhasil memotivasi guru untuk memiliki growth mindset dan meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) serta Deep Learning. Ia juga memberikan beberapa catatan perbaikan, seperti perlunya penambahan durasi jam pelatihan dan memastikan peserta membawa laptop, kuota internet, serta memiliki akun email Gmail. Dr. Syahrul mengingat materi sebelumnya tentang tujuan KBC, yang ia sebut sebagai "9 K", dan merasa bahwa materi deep learning berhasil dipahami dengan baik oleh peserta. Menurut pemahamannya, KBC bertujuan untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan guru sehingga proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu meningkatkan akhlak, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Sementara itu, ia mendefinisikan deep learning sebagai 8 dimensi profil lulusan dengan prinsip belajar yang mindful, meaningful, dan joyful, yang menghasilkan pemahaman, penerapan, dan refleksi, serta didukung oleh lingkungan belajar digital yang baik.
Tanggapan Peserta
Para peserta yang hadir memberikan beragam tanggapan positif terhadap kegiatan ini. Tunah, seorang guru dari MTsN 1 Bandar Lampung, merasa bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat karena menambah pengetahuannya untuk menerapkan pembelajaran yang penuh cinta. Namun, ia menyarankan agar waktu pelaksanaan diubah dari siang menjadi pagi hari agar peserta tidak mengantuk. Ia mengingat materi sebelumnya tentang KBC dan deep learning sebagai strategi pembelajaran yang humanis, bukan mengubah kurikulum itu sendiri. Menurutnya, KBC adalah penerapan pembelajaran yang penuh dengan enam cinta: kepada Allah, Rasul, diri sendiri, lingkungan, bangsa, dan negara. Ia juga berpendapat bahwa deep learning adalah pembelajaran yang lebih mendalam untuk menciptakan suasana yang baik dengan siswa.
Winarno, juga dari MTsN 1 Bandar Lampung, menyebutkan bahwa manfaat terbesar dari pelatihan ini adalah penambahan wawasan tentang perubahan paradigma berpikir (mind growth). Ia menyarankan agar keterlibatan seluruh peserta diperbaiki, karena sebagian dari mereka tidak memiliki fasilitas yang memadai. Ia mengingat materi sebelumnya tentang KBC yang disampaikan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Lampung Selatan, yang memuat nilai-nilai kasih sayang (arrahman dan arrahim). Menurutnya, deep learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mindful, meaningful, dan joyful.
KIKI NAZIRA, peserta dari MTs Negeri 1 Bandar Lampung, menyatakan bahwa ia belajar banyak hal baru, seperti kurikulum terbaru dan cara membuat modul yang baik dan menyenangkan. Ia menyarankan agar sesi ice breaking diperbanyak untuk menjaga semangat peserta. Ia mengingat materi sebelumnya seputar Kurikulum Merdeka, Kurikulum Deep Learning, dan Kurikulum Cinta. Menurutnya, KBC memiliki enam cinta yang sama dengan apa yang diutarakan peserta sebelumnya, dan deep learning adalah kurikulum yang ada setelah Kurikulum Merdeka dan sebelum Kurikulum Cinta.
Terakhir, Heny Herawati S.Pd, juga dari MTsN 1 Bandar Lampung, merasa bahwa kegiatan ini menambah wawasan pengetahuan tentang AI dan aplikasi komputer yang mempermudah guru dalam mengajar. Namun, ia merasa perlu ada perbaikan dari sisi waktu, terutama agar tidak berbarengan dengan jam mengajar dan tidak terlalu sore. Ia mengingat materi sebelumnya tentang KBC dan Panca Cinta, serta tentang aplikasi Diffit yang mengharuskan pengetikan perintah yang panjang. Menurutnya, KBC adalah penerapan Panca Cinta yang pada dasarnya sudah ia terapkan, sementara deep learning adalah ilmu AI yang mempermudah proses belajar mengajar.
Oktalia Sapitri Ayu, seorang mahasiswa PPL dari UIN RIL, juga turut serta sebagai peserta. Ia merasa bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat, tetapi ia tidak memberikan detail lebih lanjut. Ia juga tidak menyampaikan hal yang perlu diperbaiki atau hal-hal yang ia ingat dari materi sebelumnya. Menurut pemahamannya, Kurikulum Berbasis Cinta adalah penerapan pembelajaran dengan penuh cinta. Sedangkan, deep learning adalah sebuah pembelajaran yang lebih mendalam, nyata, dan terimplementasi.
Kegiatan sosialisasi ini tidak hanya menjadi wadah transfer ilmu, tetapi juga menjadi momen refleksi bagi para pendidik. Berbagai tanggapan dari peserta menunjukkan bahwa pemahaman tentang Kurikulum Berbasis Cinta dan Deep Learning mulai tumbuh, seiring dengan antusiasme mereka dalam mengadopsi teknologi AI untuk mempermudah pekerjaan. Meskipun ada beberapa catatan perbaikan, semangat untuk terus belajar dan berinovasi demi pendidikan yang lebih baik sangat terasa di seluruh ruangan. Kegiatan ini menjadi langkah awal yang berharga dalam menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga kaya akan kasih sayang dan humanisme.