Sosialisasi dan workshop yang diadakan baru-baru ini mendapat sambutan positif dari para peserta, khususnya dari MTsN 1 Bandar Lampung. Para guru yang hadir memberikan beragam pandangan mengenai manfaat dan hal-hal yang bisa ditingkatkan dari kegiatan ini.
Yasmin Durrotul Syafaqoh menilai manfaat terbesar dari pelatihan ini adalah kebermanfaatan ilmunya. Ia menyarankan agar kualitas LCD diperbaiki untuk meningkatkan kenyamanan belajar. Ketika ditanya tentang kemungkinan mengikuti pelatihan serupa, ia menjawab, "Bisa jadi." Menurut Yasmin, kurikulum berbasis cinta adalah pengembangan dari kurikulum yang sudah ada, sementara deep learning adalah metode pembelajaran yang lebih mengedepankan nilai dan karakter siswa.
Peserta lain, Joice Amelia, merasa pelatihan ini sangat bermanfaat karena memberikan gambaran dan metode langsung terkait kurikulum dalam pembelajaran. Ia menyarankan agar volume suara dan ukuran tulisan pada proyektor diperbesar. Joice bersedia mengikuti pelatihan serupa di masa depan, "Insyaallah, karena bermanfaat." Ia mendefinisikan kurikulum berbasis cinta sebagai pengajaran yang tulus, menghargai, dan lebih kompleks dengan kegiatan yang menyenangkan. Sementara itu, deep learning baginya adalah pembelajaran mendalam yang dimulai dari tahap C2, bukan lagi sekadar C1.
Faza Laily Rama Dani mendapatkan wawasan baru tentang perpaduan kurikulum berbasis cinta dan deep learning. Ia memberikan beberapa saran konstruktif untuk meningkatkan kenyamanan, seperti ketersediaan kipas yang memadai, adanya ice breaking singkat, serta perbaikan kualitas suara mikrofon. Faza sangat bersedia mengikuti workshop serupa, terutama jika ada sesi praktik langsung pembuatan RPP. Menurutnya, kurikulum berbasis cinta adalah kurikulum yang fokus pada pengembangan karakter melalui pembelajaran berbasis pengalaman, serta perhatian mendalam pada aspek sosial dan emosional. Deep learning, baginya, adalah pendekatan pembelajaran yang bermakna, sadar, dan menyenangkan, di mana siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami konsep secara mendalam.
Pandangan dari Peserta Lainnya
Henny Herawati, S.Pd. dari MTsN 1 Bandar Lampung menganggap kolaborasi antara kurikulum merdeka dan kurikulum cinta sebagai hal yang paling bermanfaat. Namun, ia merasa waktu pelaksanaan workshop kurang ideal karena diadakan setelah jam mengajar, yang membuat guru merasa seperti "robot." Henny bersedia mengikuti pelatihan serupa di masa mendatang. Ia berpendapat bahwa kurikulum berbasis cinta menuntut guru untuk mengimplementasikan "Panca Cinta" tidak hanya saat mengajar. Sementara itu, deep learning baginya adalah kemampuan belajar dengan aplikasi komputer, data, dan coding yang dapat dijadikan media pembelajaran.
Dari MTs Al Khairiyah Kangkung, Samudi, S.Pd.I. mengungkapkan bahwa ia mendapatkan banyak ilmu dari pemateri. Ia berharap pelatihan serupa bisa terus ditingkatkan dan menyatakan bersedia untuk berpartisipasi kembali. Samudi mendefinisikan kurikulum berbasis cinta sebagai pengalaman yang sudah ada sebelum kurikulum ini diterapkan. Sedangkan deep learning adalah interaksi tatap muka dengan siswa agar mereka dapat mengembangkan bakatnya sendiri.
Secara keseluruhan, terlihat antusiasme yang tinggi dari para peserta. Meskipun ada beberapa catatan perbaikan, mayoritas peserta merasa pelatihan ini sangat bermanfaat dan bersedia mengikuti kegiatan serupa di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI