Kata-kata itu menyentuh Raka lebih dalam dari sebelumnya. Ia tidak lagi sekadar anak pendiam dari kampung kecil. Ia adalah bagian dari sesuatu yang besar---madrasah yang membentuk karakter, melatih keberanian, dan menyalakan harapan.
Selesai upacara, Raka menatap bendera yang perlahan diturunkan. Angin pagi menggoyangkan kain merah-putih itu seperti melambai padanya. Ia merasakan getaran di telapak kaki---bukan karena takut, tapi karena tekad. Ia sudah memulai langkahnya, dan langkah itu akan terus berlanjut.
Di sinilah cerita Raka bermula. Di madrasah cahaya, tempat ia belajar, tumbuh, dan berjanji pada dirinya sendiri: Aku akan jadi pelita untuk orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI