Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Luka Pagi dan Pelajaran Berharga

23 Juni 2025   09:27 Diperbarui: 23 Juni 2025   14:28 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sesampainya di rumah, amukan Rayan belum juga mereda. Ia berlari ke meja makan, mengambil mangkuk plastik kosong, lalu mengisinya dengan air minum dari botol yang ada di sana. Ayah berusaha menenangkan Rayan dengan lembut, mencoba meraih tangannya, namun Rayan yang marah justru menyiramkan air itu tepat ke wajah Ayah. Air dingin itu membasahi baju koko Ayah, namun Ayah hanya bisa menghela napas, tak ingin menambah keributan.

Tak sampai di situ. Ibu yang sedang shalat Magrib di ruang tengah, merasakan percikan air dingin mengenai punggungnya. Rayan telah mendekat tanpa suara, dan kini sedang menyiramkan sisa air di mangkuk ke arah Ibu yang sedang bersujud. Ibu sedikit terlonjak, namun tetap berusaha menyelesaikan shalatnya dengan sabar.

Rafa yang sedang duduk di kamar, mendengar keributan itu. Dengan kaki yang masih diperban, ia berusaha berjalan terpincang-pincang untuk melihat apa yang terjadi. Namun, saat ia melangkah masuk ke ruang tengah, Rayan dengan sigap mengarahkan mangkuk plastiknya yang sudah diisi ulang ke arah Rafa. Rafa yang baru saja akan menegur Rayan, tak sempat menghindar. Air dingin itu membuat bajunya basah kuyup. Bau air keran tercium samar, membuat Rafa hanya bisa menggelengkan kepala.

***

Dari serangkaian kejadian ini, kita dapat memahami bahwa kesabaran dan pemahaman adalah kunci dalam menghadapi anak-anak, terutama di usia balita yang sedang aktif bereksplorasi. Perilaku "destroyer" Rayan mungkin bukan sepenuhnya kenakalan, melainkan cara ia berinteraksi dengan dunia dan mengekspresikan emosinya. Orang tua perlu memiliki strategi yang tepat untuk mengarahkan energi dan rasa ingin tahu anak tanpa memicu pemberontakan. Selain itu, insiden ini juga menunjukkan bagaimana sebuah insiden kecil dapat bereskalasi jika tidak ditangani dengan tenang, menegaskan pentingnya pengelolaan emosi bagi setiap anggota keluarga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun