Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam yang Penuh Pesan dan Rasa

9 Juni 2025   19:13 Diperbarui: 9 Juni 2025   19:13 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/pikaso/image

Pada malam yang sunyi dan lembut, suara notifikasi dari grup WhatsApp terus berdenting dari ponsel Yani. Angin malam menyusup pelan melalui celah jendela, membawa aroma tanah basah yang masih tersisa setelah hujan sore tadi. Ia merebahkan diri di kasur, memeluk bantal sambil membaca pesan dari salah satu anggota grup. Pesan itu berisi ajakan untuk tidak begadang, diiringi saran agar segera tidur dan mendoakan hal-hal baik sebelum terlelap, termasuk harapan bisa bertemu orang tersayang dalam mimpi.
Kepalanya masih terasa berat. Sejak sore tubuhnya lemas, dan ia menduga itu karena menjelang datang bulan. Minyak kayu putih yang baru dioleskan di leher dan perut mulai menghangatkan kulitnya, membawa rasa nyaman perlahan. Di sela-sela rasa tidak enak itu, Yani membuka kembali pesan-pesan obrolannya dengan Husen.
Percakapan mereka sejak kemarin malam muncul bergantian. Ada canda tentang permainan ludo, gurauan tentang kecap dan minyak telon, bahkan lelucon yang membuat Yani tersenyum meski matanya terasa berat. Di balik segala keusilan khas Husen, tersimpan kepedulian yang tidak pernah diucapkan secara gamblang, tapi selalu terasa lewat perhatian kecilnya.

Suara kipas angin di pojok kamar berdengung pelan, seolah menenangkan pikirannya. Aroma minyak kayu putih berpadu dengan wangi seprai yang bersih, membentuk suasana kamar yang tenang dan akrab. Saat tangannya menyentuh layar ponsel yang dingin, kenangan masa kecil di rumah nenek pun singgah di benaknya---masa-masa saat tubuh lemah langsung dipijat, diberi air hangat, dan didoakan agar cepat pulih.

Meski tubuhnya belum sepenuhnya membaik, hati Yani justru terasa hangat. Percakapan-percakapan sederhana di grup maupun dengan Husen memberinya rasa ditemani, seolah ada kehadiran tak kasatmata yang menjaga dari kejauhan.

Malam semakin larut. Notifikasi grup masih terus masuk, tapi kini Yani memejamkan mata. Dalam diamnya, ada harapan agar esok tubuhnya kembali bugar, agar dunia maya dan dunia nyata yang bersinggungan lewat layar ini tetap menjadi ruang untuk tawa, perhatian, dan secuil ketenangan.

Di luar kamar, suara jangkrik tak henti bersenandung, menemani Yani yang perlahan tenggelam dalam tidur. Mimpi akan segera datang, mungkin membawa sosok yang selama ini hanya bisa ia pandangi dari layar, atau mungkin hanya keheningan yang lembut, yang menyembuhkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun