Mohon tunggu...
moshes manihuruk
moshes manihuruk Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Tandus" Dolar AS di Indonesia

17 Maret 2023   18:00 Diperbarui: 17 Maret 2023   18:02 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada akhir tahun 2022, Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) menyatakan keprihatinannya terhadap sulitnya mencari uang Dolar Amerika Serikat di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia telah terjadi kelangkaan dari ketersediaan Dolar AS, yang sayangnya masih melanda Indonesia sampai saat ini. Seperti yang kita ketahui, Dolar AS merupakan mata uang yang mendominasi transaksi keuangan internasional. Hal ini menyebabkan tingginya ketergantungan negara-negara di dunia terhadap Dolar AS termasuk Indonesia, sehingga peristiwa kelangkaan Dolar AS pun akan berdampak buruk bagi kondisi perekonomian di Indonesia. Faktanya, Permasalahan ini juga merupakan permasalahan yang sudah berulang kali muncul di Indonesia dan menjadi batu sandungan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Selain itu, banyak pula faktor yang menjadi pendorong dari munculnya permasalahan ini, yang sudah sepatutnya menjadi perhatian bagi Pemerintah Indonesia. 

Salah satu permasalahan yang menyebabkan kurangnya ketersediaan dolar AS di Indonesia adalah tingginya suku bunga deposito Dolar AS di luar negeri yang jauh lebih menarik daripada di Indonesia. Perbankan di Singapura mampu memberikan suku bunga deposito Dolar AS mencapai 5,1%, sementara perbankan di Indonesia hanya mampu menawarkan suku bunga deposito Dolar AS hingga 1,75%. Sebagai perbandingan, suku bunga deposito Dolar AS di bank DBS Singapura menawarkan bunga deposito sebesar 3,86% untuk deposito dolar AS tenor 1 bulan sementara untuk tenor 12 bulan sebesar 4,76%, sementara suku bunga deposito Dolar AS di bank dalam negeri seperti Bank Mandiri dan BCA hanya di kisaran 0,75-1,75%. Hal ini tentunya menyebabkan para eksportir di Indonesia untuk lebih tertarik dalam menyimpan Dolar AS hasil ekspornya di luar negeri daripada di Indonesia, sehingga pada akhirnya ketersediaan Dolar AS di Indonesia pun berkurang. 

Permasalahan lain yang menyebabkan timbulnya “kemarau” Dolar AS di Indonesia adalah tingginya suku bunga deposito The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat), berada di angka 4,5-4,75%, sehingga menyebabkan apresiasi Dolar AS dan depresiasi nilai tukar Rupiah. Hal ini juga menyebabkan peningkatan dari nilai imbal balik obligasi di Amerika Serikat, dan menimbulkan arus balik Dolar AS, khususnya dari negara-negara berkembang seperti Indonesia, sehingga ketersediaan Dolar AS di Indonesia pun berkurang. Selain itu, syarat-syarat yang sulit bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk memperoleh pembiayaan dalam bentuk Dolar AS serta mekanisme transaksi pembayaran perdagangan internasional oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia yang masih memerlukan jaminan fisik, semakin memperparah kondisi ketersediaan Dolar AS di Indonesia. 

Akibat dari langkanya Dolar AS di Indonesia, para pengusaha dalam negeri yang memerlukan impor bahan baku ataupun mesin untuk aktivitas usahanya, akan mengalami kesulitan, akibat tingginya ketergantungan terhadap Dolar AS dalam melakukan transaksi impor. Langkanya Dolar AS juga menyebabkan depresiasi dari nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, yang akan berpengaruh terhadap inflasi harga barang impor di dalam negeri. Terakhir, dengan langkanya ketersediaan Dolar AS di dalam negeri, perusahaan-perusahaan di Indonesia yang memiliki banyak utang dalam bentuk Dolar AS namun memiliki pendapatan dalam bentuk Rupiah, mengalami kesulitan untuk melakukan restrukturisasi pinjaman yang nilainya semakin mahal, akibat dari peristiwa kelangkaan Dolar AS di Indonesia. 

Untuk mengatasi kelangkaan Dolar AS di Indonesia, pemerintah melalui Bank Indonesia perlu aktif menahan Dolar AS hasil ekspor di dalam negeri. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan suku bunga deposito Dolar AS di perbankan Indonesia sehingga mampu berkompetisi dengan suku bunga deposito Dolar AS perbankan di luar negeri, dan menarik minat para eksportir untuk menyimpan Dolar AS hasil ekspor di Indonesia. Dengan meningkatkan suku bunga deposito, Indonesia juga akan terlihat lebih menarik di mata para investor, sehingga dapat meningkatkan investasi di Indonesia, dan secara tidak langsung meningkatkan ketersediaan Dolar AS di Indonesia. Pemerintah juga dapat menerapkan sanksi terhadap eksportir-eksportir yang menyimpan Devisa Hasil Ekspor yang biasanya berada dalam bentuk Dolar AS di Luar Negeri, hal ini bertujuan untuk menghalangi eksportir-eksportir di Indonesia yang menaruh Devisa Hasil Ekspornya di luar negeri, sehingga mampu menjaga ketersediaan Dolar AS di Indonesia dengan baik. 

Melihat dampak kelangkaan Dolar AS yang tinggi terhadap aktivitas perusahaan-perusahaan di Indonesia yang memerlukan impor bahan baku dan mesin untuk menjalankan aktivitas perusahaannya, pemerintah juga dapat mempermudah syarat-syarat pembiayaan dalam bentuk Dolar AS, sehingga perusahaan-perusahaan di Indonesia pun tetap mampu untuk memperoleh Dolar AS, di tengah kondisi ketersediaan Dolar AS di Indonesia yang langka. Selanjutnya, pemerintah dapat memberikan kemudahan bagi pada importir di Indonesia untuk melakukan transaksi pembayaran perdagangan internasional. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbolehkan penggunaan Letter of Credit (LC) sebagai jaminan untuk membeli bahan baku ke luar negeri. Tentunya dengan memperbolehkan penggunaan Letter of Credit sebagai syarat untuk melakukan transaksi pembayaran perdagangan internasional, kondisi ketersediaan Dolar AS di Indonesia pun dapat bergerak pelan-pelan menuju ke arah yang positif. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun