Mohon tunggu...
Monika Sebentinabr
Monika Sebentinabr Mohon Tunggu... Administrasi - Love your self

Saya sangat suka menulis puisi, cerita , membaca serta menyanyi. Impian saya menjadi penulis terkenal.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Destiny from Heaven

30 September 2020   10:30 Diperbarui: 30 September 2020   10:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku fikir setiap hari adalah hari yang baik. Tapi hari ini lebih spesial dari apa pun, sungguh aku tidak berbohong. Siapa yang tidak menyangka sekarang aku sudah menapakkan kaki ku di depan gedung universitas impian ku yaitu Universitas Indonesia.

Jantungku benar-benar berdetak sangat kencang. Aku menjadi lebih gugup, rasanya seluruh tubuhku tidak dapat lagi digerakkan. Tapi lamunan ku terhenti karena bunyi sirine yang datang dari arah berlawan, ya ampun mungkin aku sudah gila sendiri sekarang. 

Aku berlari untuk bisa mencapai pintu gerbang kampus yang berada di seberang jalan tempat ku berdiri, tidak ada yang ku fikirkan selain bagaimana suasana yang akan aku hadapi nantinya . Bahkan aku tidak sadar bahwa seseorang telah menarik tangan ku cukup kencang dan mendorong ku keluar dari jalanan yang baru saja dilintasi oleh mobil besar.

" kau sudah buta?" tanya seseorang itu saat mata ku hampir keluar begitu saja melihat mobil besar yang melintas di depan ku. Raut wajahnya begitu tegang dan rahangnya mengeras tanpa alasan yang jelas. " Kenapa kau menjadi sangat marah?" Bahkan sekarang suara ku tidak dapat lagi ku dengar.

" Seharusnya kau mengucapkan terimakasih karena aku sudah menyelamatkan mu. Bukannya bertanya kenapa aku menjadi marah." Suaranya masih terdengar parau dan bergetar, entah itu hanya perasaan ku atau dia benar-benar kesal.

" Kau mahasiswa baru?"

Aku masih menatapnya antara sebal dan juga takut dengan suaranya yang besar. " Itu benar." meskipun begitu aku harus tetap menjawabnya bukan.

" Pergilah, aku pikir kau akan telat jika terus berdiri seperti orang bodoh begitu." Aku melogo tak percaya dengan apa yang dia katakan. Derap langkah kakinya yang jenjang masih terdengar ditelinga ku.

" hah, berani sekali dia mengatakan aku bodoh."

" Dasar laki-laki jahat."

Aku menggerutu sepanjang perjalananku menuju lapangan kampus yang telah penuh di padati oleh mahasiswa baru sepertiku. Perasaan ku mengatakan hari ini akan berlalu dengan hal-hal yang menyebalkan dan itu sudah diawali dengan kejadian baru saja terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun