Â
Ramai  chatting  di  WA  group  Interfidei yang  mengungkapkan  rasa  syukur, haru, bahagia, setelah  melihat  tayangan  Video  royokan yang  tercipta  atas  dasar  kesiap sediaan, sukarela  dan dengan  niat  tulus  ingin  mewujudkan dan  menyuarakan  PERDAMAIAN  via  paduan musik, lagu dan suara. Paduan ketiganya adalah  salah  satu bentuk ungkapan  seni  dan  keindahan yang  menarik, memikat  dan menggetarkan hati  banyak  orang.
Pandemi  datang  bukan  halangan  untuk  tetap  berkreasi, di tengah  ketidak  pastian  situasi, dan  carut  marutnya dunia, juga  di  bumi  pertiwi, yang  notabene  sangat  ber bhineka,  kreatifitas  itu  lahir  atas  gagasan  dari  Pendeta  A. Elga J. Sarapung  sebagai Direktur Institut DIAN (Institut Dialog Antar-Iman di Indonesia) atau juga  biasa  disebut  Interfidei (Institute for Interfaith Dialogue in Indonesia ) Interfidei  yang  melahirkan  Interfaith  Choir for  Peace (ICFP) yang  dibesut  oleh  kiprah  dan  kerja  keras Mas Ryo  Emmanuel  dan  Mbak  Ruwaidah.
Paduan  suara  ini dinyanyikan  bersama oleh seluruh jaringan lintas iman di Indonesia yang terdiri dari anak-anak, anak muda, mahasiswa, aktivis, pimpinan agama-agama, ibu rumah tangga, orang-orang dengan latar belakang umur dan gender yang beragam semuanya bergabung di dalam " Interfaith Choir for Peace". Mereka  bukanlah  penyanyi  professional, namun  ketika  suara yang  dilantunkan  penuh  cinta itu  terpadu, melahirkan  paduan  suara  nan  apik  mengagumkan, itulah  yang  menjadikan  hati  para  peserta  mengharu  biru, setelah  melihat  hasil  tayangannya.
Penulis  masih  ingat  ketika  dihubungi via  What App  oleh  Ibu  pendeta  Elga untuk  ikut  serta, setelah  OK, kami  dikirimi text  lagu, dan  contoh  masing  suara  sopran, alto, Tenor, Bariton  dan  bass  setelah  melalui  latihan  dan  kami  diminta  untuk  mengirimkan  rekaman  suara  dan  kiriman  Video.
Dari  peserta  yang  ada, beberapa  yang  mengundurkan  diri  dengan  pelbagai  alasan, namun  kerja  keras  inipun  berbuah  indah. Meski  ketika  pekerjaan  hampir  selesai terjadi  kendala  yang  dialami  Mas  Ryo  terkait  dengan  kerusakan komputer (terkena virus Ransomware sehingga semua data terenkripsi baik yang di laptop maupun external hardisk yang sedang on / dicolok, sehingga harus di format ulang semua)  Sungguh kerja  berat  dan  halangan  yang  tak  disangka, dan  kejadian  itu  sangat mempengaruhi karena pekerjaan sudah 50% dan harus mengulang dari awal lagi :
- dari mendownload ulang
- editing suara ulang
- editing video satu persatu
- dan editing video secara keseluruhan. Bukan  penkerjaan  yang  mudah  dan  ringan.
Apalagi  permasalahannya, bukan hanya mengerjakan project ini saja, namun ada beberapa proyek/pekerjaan yang harus diedit ulang (ada 14 video untuk Webinar yang ikut hilang), sehingga dari tanggal 8 Agustus ( saat  kena virus) sampai 20 Agustus kurang tidur (2-4 jam perhari).bukankah  ini  suatu  pengorbanan  tersendiri, tutur  Mas  Ryo  ketika  saya  japri.
Tak  kalah  sibuk  kiprah  Mbak  Ruwaidah, demikian  saya  biasa  memanggil, meng  upload  dan  menampilkan  serta  mengirim  kembali  apa  yang  dibutuhkan  Mas  Ryo  untuk  dapat  dibuat  ulang.
"Puji Tuhan akhirnya semua teratasi dan video Heal The World bisa launching. Walau saya sendiri masih ada beberapa PR pekerjaan yang masih antri karena  hilangnya file berpengaruh ke timeline pekerjaan yang  lain, demikian  jelas  Mas  Ryo Â
Lega  jualah  dalam rangka memperingati 30 Tahun Institut DIAN = yang  pada 10 Agustus  merayakan  HUT  ke  30 tahun dan  sebagai  peringatan 76 Tahun Republik Indonesia pada 17 Agustus 2021, Interfidei  bisa  mempersembahkan  penayangan  ini  melalui  "Interfaith Choir for Peace" berkolaborasi dengan menyanyikan lagu "Heal The World" karangan  Michael  Jackson,Musik  diolah  oleh Y.Khrisna Dendriarsa dan  diaransemen kembali dengan  nada  keroncong  oleh Mas Ryo Emannuel (seorang pelatih musik yang juga concern dengan gerakan lintas iman melalui musik).
Interfidei  bersama  Bp Djohan Effendi, Gus Dur, Th. Sumartana, Gedong Bagoes Oka, Amanda Suharnoko, Elga Sarapung, membidani lahirnya ICRP (Indonesian Conference on Religious and  Peace)
Harapannya melalui momen ulang tahun lembaga antar iman pertama di Indonesia ini dan juga bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia kita bergandengan tangan dan berkarya untuk menyuarakan perdamaian dengan cara-cara yang damai yaitu melalui lagu dan musik.
Kiranya kita semua bisa merasakan perdamaian itu di tengah pandemi covid-19 ini. Berkah dan kebahagiaan menyertai kita semua, demikian tegas Ibu  Pendeta  Elga J Sarapung. Semoga gema  kidung ini  sungguh  menjadi Salam  damai  yang  memeteraikan  perdamaian di  hati  setiap  insan  yang  mendengarnya. Mari  kita  saksikan  Videonya ***
Oleh  Sr. Maria  Monika SND
28 Agustus, 2021
Artikel  ke : 450
Â