Seiringnya bertambah usia penulis merasakan perasaan hampa yang sering kali muncul, sebuah kekosongan emosional yang penulis susah untuk jelaskan, perasaan hampa ini kian lama makin mengerogoti diri penulis, sehingga menciptakan ruangan kosong yang luas di dalam diri penulis. Anehnya perasaan ini tidak bisa diprediksi kapan datang, hampa ini datang tiba - tiba, tanpa alasan yang jelas, seolah ruangan kosong yang diciptakan ini tidak pernah terisi meskipun hidup terlihat baik-baik saja di permukaan.
Katanya fase ini dilewati oleh semua orang, yang dimana sering disebut dengan istilah " Quarter Life Crisis ", mungkin saja fase-fase dimana seseorang meragukan diri, mempertanyakan langkah yang diambil sehingga menimbulkan rasa hampa karena merasa tidak ada keberhasilan yang mutlak. Ataupun karena proses pencarian makna hidup sebab, terkadang tumbuh dewasa dikelilingi tanggung jawab yang besar, ekspektasi yang meningkat, dan realita yang sering kali tidak sesuai dengan yang dibayangkan. Â Kondisi ini membuat perasaan terjebak di antara rutinitas dan harapan yang belum tercapai sehingga kita sering mempertanyakan arti hidup, makna hidup dan untuk apa kita hidup ?.
Akan tetapi perasaan  hampa yang penulis rasakan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis, seperti kelelahan mental, sering dikhianati, tekanan sosial dan yang paling berpengaruh adalah ketidakpastian masa depan. Pada titik ini, rasa hampa kerap hadir, seolah menuntut ruang dalam diri. Penulis sering merasa memiliki dua sisi kepribadian. dihadapan orang lain, penulis tampak baik - baik saja, menampilkan senyum dan sikap yang sekan tak tergoyahkan. Namun di balik itu, ada kekosongan yang diam - diam memeluk dengan erat, membuat hati terasa sepi meski berapa di tengah keramaian.Â
Kekosongan ini bukan sekedar perasaan sesaat, melainkan ruang kosong yang sulit dijelaskan dengan kata - kata. Setelah penulis renungkan ternyata kekosongan atau hampa merupakan penginggat bahwa tidak semua yang terlihat bahagia benar - benar bebas dari rasa kehilangan arah. Justru keheningan batin itulah, penulis menyadari adanya kebutuhan untuk memahami diri sendiri lebih dalam, mencari makna hidup, dan belajar menerima bahwa hampa juga merupakan bagian dari perjalanan manusia menuju kedewasaan.
Oleh karena itu penulis berharap bagi kalian yang membaca tulisan ini, jangan pernah menjadikan perasaan kosong atau hampa sebagai alasan untuk melakukan hal - hal yang tidak baik atau bahkan menyalahkan takdir. Meski terdengar menakutkan dan membingungkan, rasa hampa sejatinya bisa menjadi sinyal penting bagi kita. Ia hadir untuk mengingatkan agar kita berhenti sejenak, meninjau ulang tujuan hidup, dan memberi ruang bagi diri sendiri untuk tumbuh.Â
kekosongan ini juga dapat diisi dengan langkah - langkah kecil yang sederhana namun bermakna, seperti yang penulis lakukan yaitu :
1. Menemukan hobi baru
2. Membangun koneksi yang tulus
3. atau sekedar berdamai dengan diri sendiri
Dengan cara ini hampa tidak lagi menjadi beban, melainkan pintu masuk menuju pemahaman diri yang lebih utuh.
Akhir kata, penulis ingin mengingatkan bahwa setiap orang berhak merasa hampa, lelah, atau kehilangan arah. namun jangan lupa, perasaan ini bukan akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses perjalanan hidup. Teruslah melangkah, sekalipun perlahan, karena setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini adalah pondasi menuju versi terbaik dari diri kita di masa depan.