Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lima Alasan, Sidang Isbat Idulfitri Perlu Ditinjau !

6 Maret 2024   04:10 Diperbarui: 6 Maret 2024   05:15 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di media sosial, salah seorang pimpinan Muhammadiyah memberikan opini, untuk tidak perlu lagi melakukan sidang isbat idul fitri. Walaupun, dihadirkan dalam bentuk candaan, namun kiranya, perlu diobrolkan dengan seksama. Setidaknya, bagi kelompok yang memiliki mazhab pemikiran yang sama, bisa menarik kesimpulan bersama, sedangkan bagi pemilik mazhab pemikiran yang berbeda, maka dibutuhkan diskusi dulu atau sidang isbat dulu.

Pembicaraan mengenai hal ini, hendaknya diangkap pada wilayah formal, akademis atau ilmiah.  Bukan pada wilayah emosional, atau subjektivisme kelompok.  

Dengan kata lain, perkembangan pemikiran mengenai kalender agama ini, dan juga implikasi dari perbedaan pemikiran kalender ini, hendaknya dapat dibicarakan dengan dingin. Kasus yang pernah menimpa Andi Pangerang Hasanuddin di tahun 2023, yang kemudian berujung pada diberhentikannya peneliti BRIN tersebut,  jangan sampai terulang lagi. 

Ada beberapa asumsi, yang perlu dijadikan landasan pemikiran.

Pertama, apakah gerak benda angkasa (orbit bumi dan bulan) adalah sesuatu yang berpola ? pertanyaan ini, perlu dijadikan wacana pertama, sebelum membahas masalah-masalah yang lainnya. Artinya, jika memang berpola, maka setiap  ilmuwan dan juga ulama ilmu hisab, bisa menghitung dan memprediksinya.  Pertanyaan ini, sangat mudah dijawab oleh banyak kalangan, khususnya kalangan astronom.  Tetapi, mengapa pertanyaan ini diajukan di sini, seakan-akan menjadi pertanyaan konyol ? karena keyakinan terhadap adanya pola yang tetap dari orbit benda angkasa, akan memberikan landasan pemikiran dalam mengambil keputusan.

Kedua, apakah perbedaan presisi  gerakan benda angkasa (bumi dan bulan) bisa dihitung secara matematis ? artinya, andaipun ada potensi perubahan, baik perlambatan atau percepatan, sehingga memungkinkan di setiap bulannya akan ada perbedaan tinggi hilal, apakah kasus ini bisa dihitung dengan cermat ? bila dapat dihitung dengan cermat, dan dapat diperhatikan pola pergerakan bulan dis etiap bulannya, dan disetiap tahunnya, maka sejatinya, masalah ini pun, bisa dibicarakan secara ilmiah.

Ketiga, Masyarakat paham, bahwa selama ini ada perbedaan ukuran ketinggian antara satu kelompok dengan kelompok lain, terkait dengan imkanun ru'yah (keterlihatan hilal). Ada yang menggunakan ukuran keterlihatan hilal itu, 1 derajat, 2 derajat, atau 3 derajat.  Dalam benak kita, perbedaan itu adalah perbedaan ijtihad. Karena ijtihad (produk pemikiran), maka esensinya adalah proses intelektualisasi dari para pemikir itu sendiri.  Dengan kata lain pula, semua itu mengacu pada kesiapan untuk mengambil keputusan baru, dalam kaitannya dengan asumsi-asumsi baru. Dari sebuah ijtihad, dipeluangkan ada ijtihad baru.

Keempat,  kita baru saja menjalani hari-hari panjang di Februari yang disebut sebagai tahun kabisat. Tahun kabisat ini, adalah tahun penyesuaian akibat adanya  perbedaan hitung matematis dengan jumlah hari dalam satu tahun, sehingga perlu ada penyesuaian hari dalam satu tahun di setiap 4 tahunnya. 

Pengetahuan dan pengalaman ini, sejatinya memberikan satu inspirasi bahwa pola dan kauntivikasi gerak benda angkasa dalam manzilahnya (orbitnya), bisa dihitung dan dikalkulasi. Sekali lagi, kita masih tetap mengajukan pertanyaan, bila demikian adanya, andai pun dalam setiap bulanya ada perbedaan tinggi hilal, maka mungkinkah bisa dihirung dan kemudian di bulan tertentu digenapkan sehingga kembali bisa dihitung ulang ?

Kelima, menarik untuk sahuti pandangan dari Abd Mu'ti dari Muhammadiyah. Jika hilal awal Ramadhan sudah bisa ditetapkan, maka 'mungkin jadi' penetapan idul fitri sudah tidak perlu lagi dilaksanakan sidah isbat. Selain membutuhkan waktu khusus, pun, sudah tentu ada biaya yang harus dikeluarkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun