Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat Antri Harus 0,0001 Menit!

25 November 2020   17:00 Diperbarui: 25 November 2020   17:02 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah berdiri dibelakang antrian yang sangat panjang ? sebuah pertanyaan yang hampir bisa disebut, sebagai pertanyaan umum, mudah dijawab. Bahkan, bagi sebagian orang, isi dari pertanyaan itu, rasa-rasanya, dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia. Karena, sebuah antrian, pasti berada pada posisi yang panjang, atau sangat panjang, dan bahkan melelahkan.

Bagi kalangan psikolog, psikologi antrian ini, dipandang perlu disosialisasikan kepada masyarakat umum. Karena psikologi antrian ini, mampu menjadi therapy pendidikan karakter kepada seseorang, atau masyarakat pada umumnya. Ada pepatah, "negara besar itu adalah negara yang mampu menunjukkan kedisiplinan diri dalam sebuah antrian", sedangkan masyarakat yang tidak bisa antri, dalam sebuah event atau kegiatan, akan menunjukkan kualitas keadaban dan peradaban yang kurang bisa dibanggakan.

Perhatikan di jalanan. Antrian kendaraan, akan saling salip dan menerikaan klakson, bila didalamnya terdapat supir yang tidak terbiasa dengan antri. Kemacetan pun, kadang bukan disebabkan karena banyaknya kendaraan, melainkan karena tidak disiplinkan pengendara, yang kemudian menyebabkan sebuah jalanan yang sempit atau menyempit menjadi tidak muat untuk meloloskan kendaraan, yang semestinya bisa melewatinya.

Tidak jarang. Saya kadang kesal.  Sudah tahu, jalan mengalami penyempitan, atau hendak memasuki jalan belokan. Tahu-tahu, dari belakang, sejumlah kendaraan roda dua nyalip dan masuk ke ruang jalan yang hanya cukup untuk menggerakkan tubuh manusia. Akibatnya, jelas sudah, mobil tak bisa bergerak, motor pun berdesakan. Macet sudah. !

Mengapa begitu ? dan kenapa harus serupa itu ?

Inilah yang disebut dengan masyarakat yang tidak memiliki kedisiplinan dalam budaya antri, menunjukkan keadaban dan peradaban yang  masih rendah. Kalangan sosiologi menyebutnya low culture, dan bukan high culture. Sementara, masyarakat dengan budaya disiplin dan budaya antri yang baik, menunjukkan masyarakat berbudaya adihulung (high culture).

Tetapi, mungkinkah pernah kita, mengalami antrian untuk waktu yang sangat pendek, yakni 0,0001 menit? Angka yang jauh dari satu menit?  waktu yang lebih pendek dari satu menit ?

"Itu bukan antri..!"  bentak akal kita, yang mendengar penjelasan itu.

Betul. Jika demikian adanya, maka kehadiran kita di lokasi di maksud, tidak bisa dikategorikan sebagai sebuah antrian. Karena yang dimaksud dengan antrian itu, adalah jarak waktu antara persiapan dengan kegiatan. Semakin besar jarak antara keduanya, semakin lama masa tunggunya. Itulah yang disebut dengan antrian. Sedangkan, bila tidak ada waktu yang dihabiskan untuk masa tunggu, maka tidak ada yang disebut dengan antrian.

Pandangan itu bisa dianggap benar, tetapi tidak tepat. Karena sesungguhnya, yang dimaksud dengan antrian, sebagaimana yang kita pahami di sini, adalah masa tunggu. Artinya, sebanyak apapun waktu yang dihabiskannya, maka tetap dapat disebut sebagai antrian. Mengantri, tidak hanya untuk ditujukan untuk waktu yang lama, bahkan ukuran lama pun menjadi bisa relative.

Jika ada yang mengatakan, antri membuat KTP menghabiskan waktu 2 jam, atau 3 jam. Apakah waktu sebanyak itu, dapat disebut antri ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun