Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ngoplos Miras, Bukan Masalah Ekonomi!

13 April 2018   13:25 Diperbarui: 13 April 2018   13:34 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak yang mengulas, munculnya kelakuan sebagian masyarakat kita mengoplos miras, adalah faktor ekonomi. Karena, harga miras mahal, maka meeka kemudian melakukan tindak pengoplosan. Itulah argumentasi yang umum, dan banyak dikemukakan, saat mengomentasi masalah ini.

Itu benar. tetapi tidak seluruhnya tepat. karena persoalan utama itu, bukan soal ekonomi, melainkan soal keadaan psikologis yang sudah kecanduan. Artinya, dengan menggunakan "teori kecanduan", kita bisa menjelaskan mengenai gejala pengoplosan miras ini.

Sebagaimana kita ketahui, jika seseorang sudah kecanduan, apapun jenis kecanduannya. apakah itu kecanduan miras, kecanduan games, kecanduan merokok, kecanduan nonton bola, kecanduan membaca, atau apapun juga, maka akan ada 'tarikan ketagihan' untuk bisa memenuhi hasrat kecanduan tersebut.

Andai ada hambatan, yang bisa menghalangi proses pemenuhan kebutuhan itu, sikap seseorang akan muncul seiring dengan kekuatan energi kecanduannya. Jika energi kecanduannya dapat dikendalikan, bisa jadi, dia bisa mengalihkan kebutuhannya pada kegiatan lain. Misalnya, kecanduan bola, bisa dialihkan ke bermain bola, kecanduan merokok bisa dialihkan ke ngopi atau makan permen. Tetapi, tidak semua orang berhasil.

Alhasil, jika dia gagal dalam mengalihkan rasa kecanduan itu, maka dia akan berusaha keras untuk bisa memenuhi kecanduannya tersebut. Upaya yang dia lakukan, akan berusaha untuk mendapatkan yang dibutuhkannya. tetapi, jika tidak utuh mendapatkan yang dibutuhkannya, maka dia akan melakukan, walaupun tidak maksimal.

Dalam konteks itulah, energi kecanduan miras yang kuat, akan mendorong seseorang untuk mengkonsumsi miras. Bila untuk mendapatkan miras itu gagal,  maka dia tetap mengkonsumsinya walaupun tidak seutuhanya. Pengoplosan, adalah pilihan si pelaku, disaat tidak mendapatkan miras murni (lawan oplosan) yang diinginkannya.

Dengan menggunakan nalar serupa itu, maka kita dapat dengan yakin, menegaskan, bahwa persoalan pokok dari gejala miras oplosan, bukanlah masalah ekonomi, tetapi masalah psikologi-pelaku yang sudah kecanduan.  energi kecanduan yang tidak bisa dikenalikan, dia akan mengkonsumsi apapun, dengan hasrat yang sama, yaitu mabuk.  Tidak mengherankan, bila kemudian ada yang mengkonsumsi cairan, entah apapun nama cairan itu, yang penting hasrat kecanduannya terpenuhi. Itu saja !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun