Mohon tunggu...
Yakobus Molo Dini
Yakobus Molo Dini Mohon Tunggu... Guru - Data Diri

Berjalan sambil Menuai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Perjalanan Tiga Raja di Tanah Timor

23 Maret 2020   08:36 Diperbarui: 23 Maret 2020   08:34 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada jaman dahulu di wilayah Bani-Bani terdapat sebuah kerajaan  besar yang  ada sejak bumi ini ada dan tempat kerajaan adalah Ikan Tuanbeis. Di Istana  Kerajaan itu terdapat tiga Putra Mahkota Raja yakni Uis Mau Un (Sonaf Mau Katar), Uis Mau Dini(Sonaf Liurai Bani-Bani) dan Uis Mau Muin (Sonaf Maepiku). 

Pada suatu ketika sebelum raja melepaskan napas terakhir ia menunjuk Uis Mau Dini menjadi raja dan menjaga Liurai Bani-Bani sebagai pusar pulau timor. Sementara Uis Mau Un  bersama istrinya Uis Ruruk Finit dan Uis Mau Muin bersama istrinya Uis Nope di utus  ke Timor Timur demi menjaga tanah Timor yang berbentuk segi empat yang di sebut Siuf ha dan omo’ ha.

Mulanya mereka sedih meninggalkan tanah Bani-Bani yang dijaga, dijanjikan dan dilindungi sejak bumi ini ada. Tapi mau bilang apa tugas harus dijalankan sesuai titah raja. Terpaksa dua keluarga ini harus melakukan perjalanan yang jauh. Tibanya di sanleo mereka masih berhenti. Saat itu mereka memandang ke wilayah Bani-Bani dan merasa sedih akan kampung halaman. Kepada Uis Mau Un, ia mengatakan bahwa: “lebih baik kakak yang jalan terus. Saya tinggal disini saja”. 

“Tidak adik, kita harus meneruskan perjalanan ini sesuai dengan apa yang sudah ditugaskan kepada kita”, jawab Uis Mau Un. Tetapi adiknya Uis Mau Muin menjawabnya katanya: “Tapi kakak kalau kita dua jalan semua siapa yang akan jaga wilayah ini. Lebih baik salah satu diantara kita yang tinggal dan satunya lagi yang meneruskan perjalanan ke Timor Lorosae”. Akhirnya Uis Mau Un pun setujuh apa yang dikatakan sang adiknya, “tetapi harus ada perjanjian dulu”, katanya. 

”Perjanjian apa Kakak”, Jawab adiknya Uis Mau Muin.  Kepada Uis Mau Muin ia berkata : ”Kalau begitu adik menggali umbi Mae hutan dan umbi Mae mina untuk bakar kita makan. Siapa yang makan mae hutan yang gatal maka dia yang meneruskan perjalanan ke Timor Lorosae dan siapa mendapat umbi mae mina maka dia yang akan tinggal menjaga wilayah ini”.    

Saat itu pun Uis Mau Muin  bersama istrinya mencari umbi mae untuk dibakar. Akhirnya mereka menemukan mae hutan dan mae mina  dan mereka menggali bawa untuk di bakar. Istrinya Uis Nope membawa kayu kering untuk dibakar di wilayah itu. Tibanya ditempat dimana mereka duduk mulailah mereka menghidupkan api dan membakar mae yang digali itu sebagai tanda perjanjian perjalanan. Mereka membersihkan umbi mae itu dan membuang ke dalam api yang tengah menyala.

Uis Mau Muin yang disuruh untuk membakar mulai menjalankan siasatnya agar ia tinggal dan menetap di wilayah itu. ia mengangkat umbi mae mina untuk membersihkan tanah yang melekat pada umbi dengan sedikit melukai umbi itu, lalu membuang ke dalam api. Dengan memberi tanda itu berarti mudah dikenal dan diangkat saat makan. 

Hal ini dilakukan agar tidak diketahui Uis Mau Un. Sebab kalau ketahuan pasti sang kakak marah kepada di Uis Mau Muin membalik umbi bakar itu di dalam bara api sambil melihat dimana umbi yang ditandai oleh dirinya tadi. Setelah melihat ia sengaja membalik umbi yang bagian sebelahnya belum kena bara. Kepada Uis Mau Un ia mengatakan: “Kakak sebentar saya cungkil kasih keluar umbi-umbi ini dan dikumpulkan pada satu tempat baru kita angkat”.  “Itu lebih baik adik”, Jawab Uis Mau Un kepadanya.

Usai semua umbi yang dibakar itu dikeluarkan dari bara api, kepada Uis Mau Un ia memanggil katanya: “Kakak mari kita makan dulu”. Jawab kakak kepada Uis Mau Muin katanya: “Baik adik”.

Saat itu pun mereka berkumpul dan mengambil umbi-umbi yang sudah dibakar itu. Uis Mau Muin langsung mengambil umbi yang telah ditandai oleh dirinya sebelum dibakar, sementara Uis Mau Un yang tidak mengetahui siasat adiknya  mengambil umbi sembarang pada tempat dimana mereka menyimpan umbi bakar itu. Ternyata yang makan umbi mae hutan yang gatal adalah Uis Mau Un. Kepada adiknya Uis Mau Muin,  ia mengatakan :”Aduh adik, saya yang makan kena umbi mae hutan yang gatal ini”. 

Karena mereka sudah membuat perjanjian sebelumnya maka ia  terpaksa meneruskan perjalanannya sesuai hasil dengan kesepakatan mereka. Uis Mau Un tiba di Timor Lorosae dan mendirikan sebuah kerajaan yang diberi nama :  Mau Katar. Sementara adiknya Mau Muin yang menetap di wilayah itu dan mendirikan sebuah kerajaan pula bernama : Maepiuk. Dalam pantun mereka menyebutnya mae mina hat mae piuk hat”.  Sampai hari ini tiga kerajaan tersebut masih ada.

Dituturkan oleh : Petrus Neno

Di Tulis Oleh : Yakobus Molo Dini, SE

Ditulis oleh Yakobus M. Dini, SE

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun