Mohon tunggu...
Agus Maulana
Agus Maulana Mohon Tunggu...

tak terlalu cakap berbicara, lebih senang mendengar dan memberi pelukan..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Taore Si Dermaga Tua

21 Agustus 2013   11:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:02 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hai, perkenalkan. Namaku Taore. Aku adalah sebuah dermaga di salah satu pulau terluar negeri ini. Entah kenapa mereka memberiku nama Taore, aku tak pernah sekalipun mendengar ada yang berbincang tentang asal-usul namaku. Ah, itu semua tak penting. Apalah arti sebuah nama, untuk sebuah dermaga.

Aku dermaga yang pendiam. Bahkan beberapa perahu dari pulau seberang yang belum mengenalku menganggap aku dermaga bisu. Padahal aku bisa bicara, hanya saja tak terlalu sering. Buatku tak penting banyak-banyak bicara jika memang tak perlu. Aku lebih suka mendengar, apalagi jika ada beberapa atau setidaknya 2 ekor burung elang dada putih yang kerap hinggap padaku. Mereka suka berbincang tentang banyak hal, buatku, burung-burung itu adalah pembawa kabar dari dunia luar. Dunia di luar pantai ini. Mereka bercerita tentang ikan paus bongkok yang bercinta di tengah samudera, tentang gerombolan tukik (anak penyu) yang baru saja mereka santap, tentang gelombang pasang dan kapal tanker yang karam, dan banyak hal lain. Aku tentu hanya mendengar, malas menimpali.

Aku juga suka mendengar nyanyian angin, suara debur ombak yang berisik, juga desah karang yang tertahan akibat dibelai ombak sepanjang hari. Aku juga suka mendengar suara anak-anak kecil yang bermain di atasku. Berlari dari ujung sampai ke tepian, lalu melompat ke laut sambil salto. Aku senang mendengar renyah tawa mereka, rasanya sungguh bahagia. Dan aku rindu suara mereka sekarang. Suara yang terakhir kali kudengar sekitar sepuluh tahun yang lalu. Aku mendengar dari burung elang dada putih, bahwa ada pelabuhan besar yang di bangun di sisi lain pulau ini. Banyak anak-anak yang bermain disana. Pelabuhan itu ramai dan di singgahi banyak kapal dari jauh. Itu yang membuatku tak lagi disinggahi dan seolah terus di lupakan. Sadarlah Taore, kau hanya dermaga kecil dan tua.. kataku tiap kali bercermin pada bening biru air laut.

Tapi, aku tidak benar-benar sendiri. Masih ada nelayan yang menepikan perahunya padaku. Tapi aku tak terlalu suka pada perahu-perahu itu. Mereka kotor dan bau amis. Untungnya, mereka tak disini seharian dan seminggu penuh. Nelayan-nelayan itu melaut bisa sampai berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Jika harus memilih, aku lebih memilih sendiri ketimbang bersama perahu-perahu itu.

Tapi, aku memang benar-benar tak sendiri. Di setiap akhir pekan, saat senja mulai menyala. Ada sepasang anak muda yang rutin datang. Mereka duduk ditepianku, saling rangkul dan berucap kata-kata mesra. Sudah setahun belakangan seperti itu. Dan merekalah yang senantiasa ku tunggu. Aku senang mendengar mereka berdua bicara. Kalimat-kalimat menyanjung dan memuji, menggoda dan mesra, terkadang juga kalimat satir dan getir. Sebuah senyum kecil, suara tawa yang ringan, isak tangis sesenggukan lalu tepukan menenangkan, juga bisik-bisik dan suara basah saat sepasang bibir bertemu dan saling pagut. Oh, sungguh, aku suka anak-anak muda itu.

Hari ini akhir pekan, senja sebentar lagi menjelang. Mereka akan datang.

***

Tubuhku berdencit pelan ketika kaki-kaki itu melangkah diatasku. Langkah kaki sepasang anak muda. Risa nama si perempuan, dan Rey nama si lelaki. Begitulah mereka saat saling panggil. Risa memakai kaos warna putih dan rok jingga yang senada dengan warna langit saat ini. Rey memakai kaus biru lengan buntung, dan celana pendek hitam. Mereka berdua bertelanjang kaki, seperti biasa. Kini mereka sudah sampai pada tepianku. Lalu duduk berdampingan. Merasakan air laut di kaki, sesekali Risa memainkan kakinya di air. Menimbulkan suara gemercik yang terdengar lucu. Aku tak sabar ingin mendengar apa yang akan mereka bicarakan kali ini.

“Ris, aku ingin sekali bisa mengarungi samudera luas itu. Berlayar sampai jauh.” kata Rey sambil menatap ke laut.

Risa tersenyum, lalu menatap kekasihnya..”Aku pun.. apa kau akan menyertakanku dalam perjalanan itu, Rey? perjalanan impianmu?”

“tentu saja, Ris.. Kita akan singgah dibanyak negeri nantinya.” jawab Rey meyakinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun