Mohon tunggu...
Moko Kusdiarto
Moko Kusdiarto Mohon Tunggu... Guru - The true writer has nothing to say. What counts is the way he says it

No walking stick is needed to wander the wild of the mind, the high country of the heart.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tapa Pepe

14 Mei 2021   10:20 Diperbarui: 14 Mei 2021   10:23 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Syahdan, kerajaan Majapahit terguncang. Raja Jayanegara yang sah berkuasa terjungkal dari tahta karena  polah Ra Kuti. Ra Kuti adalah salah seorang Dharmaputra yang diangkat oleh Raden Wijaya.

Bersama dengan enam anggota Dharmaputra lainnya, Ra Kuti berhasil menyingkirkan Jayanegara dari istana. Kekuasaan yang didapat dengan jalan pintas membuat Ra Kuti semena-mena.

Situasi kerajaan Majapahit kacau. Krisis pangan dan ekonomi yang sulit membuat rakyat tidak puas. Untuk menyatakan sikap rakyat menggelar tapa pepe, berjemur di bawah terik matahari. Ra Kuti memberangus habis rakyat yang tapa pepe. Kekuasaan Ra Kuti akhirnya dapat ditumpas oleh kelompok yang masih setia pada Jayanegara di bawah pimpinan bekel Gajah Mada.

Tapa pepe merupakan bentuk kearifan lokal untuk meminta solusi dari penguasa. Perlawanan rakyat kecil atas kesewenangan penguasa dilakukan dalam senyap, tanpa hingar bingar  unjuk rasa  people power.

Kesenyapan protes ala tapa pepe seringkali lebih nyaring suaranya. Ketika segala cara mentok dan berujung pada jalan buntu, yang ada tinggal kepasrahan total. Dalam sikap sumeleh ini tidak ada lagi raung kemarahan. Seluruh emosi luruh menjadi doa kepada Sang Penguasa kehidupan.

Tapa pepe inilah yang masih setia dilakoni  Maria Katarina Sumarsih, sejak Kamis 18 Januari 2007.  Dalam keheningan doa berpayung hitam, berdiri di depan Istana Presiden selama satu jam (16.00-17.00) saban hari Kamis. Melalui aksi ini jeritan bisu para korban pelanggaran HAM, khususnya tragedi Semanggi dan Mei 1998, disuarakan tanpa kata. Saat segelintir orang menyerukan aksi people power demi syahwat berkuasa, aksi bisu tapa pepe Kamisan adalah antitese getir atas nama korban kekuasaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun