Dalam dunia olahraga yang penuh dengan persaingan ketat, munculnya atlet muda yang kerap menjuarai berbagai kompetisi sehingga menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Atlet-atlet ini, yang sering kali masih berusia remaja, tidak hanya menunjukkan bakat alami, tetapi juga ketekunan dan disiplin yang luar biasa. Mereka mewakili generasi baru yang mampu mengubah mimpi menjadi kenyataan melalui kerja keras. Artikel ini akan membahas perjalanan seorang atlet muda yang sering meraih kemenangan, tantangan yang dihadapi. Contohnya, kita ambil kisah inspiratif dari atlet bulutangkis, Ahmad Bagus Utomo,salah satu mahasiswa Universitas Pandanaran yang sejak muda telah kerap menjuarai beberapa tingkat seperti tingkat kota, popda tingkat SD, popda tingkat SMA, juara nasional tingkat SMA, juara 1, tingkat mahasiswa nasional, juara antar univ se kota Semarang.
Ahmad Bagus Utomo atau yang biasa dipanggil Bagus, yang kerap menjuarai turnamen dia memulai perjalanan sejak usia dini yakni 5 tahun. Bayangkan seorang anak kecil berusia 5 tahun yang bangun pagi-pagi sekali untuk latihan, meninggalkan kenyamanan teman-temannya yang sedang bermain diluar atau bersantai. Dedikasi seperti ini adalah kunci utama kesuksesan dia.
Apa yang mendorong Bagus untuk berlatih? " Yang mendorong saya menjadi atlet karena saya dari kecil saya di didik ayah saya bermain badminton dan saya termotivasi ingin ikut club bulutangkis"Ujar Bagus. Kenapa Bagus sering menjuarai beberapa turnamen? Karena  ada yang memotivasi Bagus, yaitu kedua orang tuanya dan Bagus sendiri ingin masuk ke pelatnas PBSI.Â
Meskipun penuh potensi, perjalanan Bagus tidak luput dari rintangan. Tekanan mental dan gerogi menjadi salah satu tantangan terbesar. Harapan tinggi dari orang tua, pelatih, dan teman sekitar sering kali menyebabkan stres berlebih, yang dapat berujung pada burnout.Â
Untuk mengatasi tantangan tersebut, peran orang tua dan pelatih sangatlah penting . Orang tua harus mendukung tanpa memaksakan, memastikan anak tetap menikmati olahraga sebagai hobi daripada beban. Pelatih, di sisi lain, perlu menerapkan pendekatan holistik yang menggabungkan latihan fisik dengan pendidikan mental, seperti sesi konseling untuk mengelola stres.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI