"Ada yang pada tahun ini sudah tidak diberi kesempatan untuk bertemu dengan Ramadan lagi..."
"Semoga di tahun depan, umur kita dipanjangkan sampai Ramadan berikutnya..."
Tiba-tiba hati saya terenyuh dan runtuh begitu otak saya mengingat kembali pesan-pesan yang serupa.
Rasanya, saya belum siap untuk menjalani har-hari dengan rasa kehilangan yang penuh penyesalan ini.
Ramadan dengan kehilangan memiliki aura kesedihan tersendiri dan mustahil untuk diredam sekuat bagaimana pun.
Kepergian nenek saya tahun ini masih membuat saya belum bisa untuk direlakan, bahkan masih teringat betapa bahagianya beliau saat saya mengunjunginya.
Setelah kematian nenek saya, lebaran nanti mungkin akan berbeda: jauh lebih sepi dibandingkan saat beliau masih ada.
Rumah nenek saya akan sepi, tidak ada sosok yang dituakan di rumah itu lagi, anak terakhir nenek saya berencana berlebaran ke rumah mertuanya, jauh dari rumah nenek.
Sudah menjadi hukum alam, kehadiran akan berpasangan dengan perpisahan, seperti 2 sisi mata uang koin yang bertolak belakang.
Selagi anggota keluarga atau teman masih lengkap, hargailah tiap waktu kehadirannya karena belum tentu terulang kembali.
Bagi yang juga merasa kehilangan pada Ramadan tahun ini, semoga kita sama-sama dikuatkan hatinya.