Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan fisik, mental dan spiritual masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Look Inside

12 November 2022   10:10 Diperbarui: 8 Januari 2023   07:15 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cita-cita, impian, tujuan, visi, misi, harapan dan segala derivatifnya sejatinya adalah ilham yang diberikan Tuhan agar hidup kita lebih baik, semakin nikmat, sadar dan bermakna. Ilham tersebut defaultnya adalah semakin membuat hidup kita dalam hubungan dengan Tuhan, sesama dan diri sendiri semakin baik. Namun ego, keinginan dan hawa nafsu yang tidak terkendali sering menutup (meng-hijab) ilham tersebut. Sehingga  cita-cita, impian, tujuan, visi, misi dan harapan membuat hidup kita jadi tidak nikmat, tidak sadar dan tidak bermakna. Hubungan dengan Tuhan, sesama dan diri sendiri juga semakin buruk. Maka dari itu bila ada cita-cita, impian, tujuan, visi, misi dan harapan, kita introspeksi kembali apakah membuat hidup kita dalam hubungan dengan Tuhan, sesama dan diri sendiri semakin baik? Bila tidak maka kita telah melekat kepada ego, keinginan dan hawa nafsu serta dikendalikan olehnya yang harus kita perbaiki dan lepaskan.

Bila kita diberikan ilham berupa cita-cita, impian, tujuan, visi, misi dan harapan maka sejatinya satu paket dengannya kita juga diberikan kekuatan untuk mewujudkannya. Sejatinya saat cita-cita, impian, tujuan, visi, misi dan harapan itu diilhamkan Tuhan kepada kita, sejatinya cita-cita, impian, tujuan, visi, misi dan harapan sudah terwujud di dalam diri kita, here and now. Everyone, everything is you pushed out. Tidak ada keterpisahan dan jarak antara cita-cita, impian, tujuan, visi, misi dan harapan dengan diri kita. Masa lalu dan masa depan adalah ilusi. Semua yang dilakukan manusia sejatinya berada pada present moment. Karena itu manusia disebut human being bukan human doing. Masa lalu adalah kumpulan moment cerita saat ini yang sudah lewat yang jadi jalan pembuka pada kehidupan yang lebih baik di sini, sekarang, here and now. Masa depan adalah kumpulan moment saat ini yang menunggu hadir di hidup kita merupakan rahasia Tuhan agar kita melakukan yang terbaik di sini, sekarang, here and now.

Ini bukan filsafat, ini adalah hukum fisika. Saat vibrasi, frekuensi dan energi yang terpancar lewat pikiran dan perasaan diri adalah pikiran dan perasaan kehidupan yang indah, sehat, bermakna, berkelimpahan kekayaan, berdaya, sukses, good relationship, penuh cinta dan kedamaian, maka hidup yang kita alami adalah hidup indah, sehat, bermakna, berkelimpahan kekayaan, berdaya, sukses, good relationship, penuh cinta dan kedamaian. Saat kita bisa setting vibrasi, frekuensi dan energi kita berada dalam cita-cita, impian, tujuan, visi, misi dan harapan secara konsisten maka itu akan termanifestasi dalam kehidupan dengan cara terbaik. Sayangnya kita sendiri yang sering secara sadar atau tidak sadar melakukan cancelling atas cita-cita, impian, tujuan, visi, misi dan harapan kita sendiri. Kita sering berubah-ubah, kita sering tidak yakin dan takut. Kita sering berkata dalam hati "Apakah mungkin? Apakah bisa? Tapi....?!? Bagaimana kalau nanti jadi begini, bagaimana kalau nanti jadi begitu ??" Ada banyak limiting belief, sampah-sampah emosi, cross purpose yang harus kita uninstall, release dan clarity. Menuju kepada abundance belief, emosi yang penuh kasih serta keselarasan antara pikiran, hati, ucapan dan tindakan.

Setelah limiting belief, sampah-sampah emosi, cross purpose sudah kita uninstall, release dan clarity. Kita arahkan pandangan ke dalam (look inside). Lihat apa yang sudah kita miliki dalam hidup, syukuri karuniaNya, tempa diri, optimalkan segala potensi dengan sebaik-baiknya ! Bila pandangan (orientation) kita arahkan kepada apa yang sudah kita miliki dalam hidup, maka kita akan selalu memiliki lebih dari cukup. Bila pandangan (orientation) kita arahkan kepada apa yang belum kita miliki dalam hidup, maka kita akan selalu merasa kurang. Bila kita melihat ke dalam maka visi kita dalam hidup akan clear. Bila kita melihat ke dalam maka kapasitas diri kita akan bangkit, bertumbuh dan berkembang. Bila kita melihat ke luar maka hidup kita akan dipenuhi oleh banyak angan-angan. Bila kita melihat ke luar maka hidup kita akan overthinking dengan pikiran-pikiran yang kebanyakan tidak berguna. Jadi polanya adalah dari akar, batang lalu daun/buah. Bukan sebaliknya dari daun/buah, batang lalu akar. As above so below. 

Selanjutnya adalah melakukan usaha terbaik. Ingat dalam hukum alam, kita tidak menarik apa yang kita inginkan, tetapi kita menarik siapa diri kita. We do not attract what we want, but what we are. Fokus pada peningkatan kapabilitas diri, karakter, kompetensi serta tabungan kebaikan ke seluruh makhluk di alam semesta melebihi cita-cita, impian, tujuan, visi, misi, harapan dan action. Organize pikiran, emosi, energi dan tubuh kita dengan optimal dalam belief system, values, perkataan, perbuatan dan habit kita, maka ini akan meng-attract perwujudan di alam semesta dengan cara terbaik. Tidak hanya tubuh yang ototnya perlu kita latih, otot-otot kebahagiaan, otot-otot kesuksesan juga perlu kita latih. Latihannya bisa dengan belajar, tafakur, melakukan asumsi, afirmasi dan visualisasi terutama sesaat sebelum tidur dan sesaat setelah bangun tidur, disiplin melakukan gratitude journal, sholat, zikr, qiyamullail, flow dalam bekerja/berbinis/berkarya dengan usaha terbaik, banyak berbagi, banyak membantu, banyak memberikan kebahagiaan dan kesuksesan bagi banyak orang. Sehingga vibrasi, frekuensi dan energi yang terpancar adalah baik, konstruktif dan produktif. 

Pararel dengan melakukan usaha terbaik adalah menikmati prosesnya setiap moment, sadar penuh hadir utuh dan menjalani hidup bermakna. Semuanya akan tercapai sesuai waktunya. Alam semesta tidak terburu-buru. Perwujudan (manifestation) di dalam semesta tidak selalu seperti yang kita harapkan namun selalu tepat dan tidak terlambat. Apapun yang terjadi adalah yang terbaik, bukan demi ego, keinginan dan hawa nafsu kita yang seringkali tidak terkendali (ego base), namun demi keseimbangan kehidupan itu sendiri.


Referensi :

Ibn Katsir, Ismail  (774 H) "Tafsir Alquran al-Adziim", Dar Alamiah (QS 1  : 1-7) (QS 29 : 2-3) (QS 94 : 5-6) (QS 51 : 56) (QS 3 : 102) (QS 1 : 7)

Deci, E. L., & Ryan, R. M. Intrinsic Motivation and Self-Determination in Human Behavior. New York, NY: Plenum. 1985.

Augustine, James R., Human Neuroanatomy 2nd Edition, Wiley-Blackwell; 2nd edition (February 13, 2017) 

Maltz, Maxwell., Psycho-Cybernetics: Updated and Expanded, TarcherPerigee; Updated, Expanded ed. edition (November 3, 2015) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun