Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan fisik, mental dan spiritual masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

7 Kebajikan Hidup di 7 Hukum Alam Semesta (Bagian Kedua)

28 Oktober 2021   07:38 Diperbarui: 29 Agustus 2023   07:31 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Alam semesta diciptakan Tuhan dengan operating system (OS) yang sangat sempurna. Bahkan apa yang kita sebut bencana alam, kekacauan, wabah penyakit, kematian, kerusakan adalah bagian dari operating system (OS) alam yang sempurna untuk menyeimbangkan diri akibat perilaku manusia, teknologi atau memang mekanisme alam menjaga keseimbangan dirinya. Kebanyakan orang memberikan label negatif kepada bencana alam, kekacauan, wabah penyakit karena dampak kematian dan kerusakan yang ditimbulkan dari proses tersebut. Padahal bila kita menyadari, pada hakikatnya bencana alam, kekacauan, wabah penyakit, kematian, kerusakan adalah kemunculan keseimbangan baru.  Bila kita kaji lebih dalam,bukankah bencana alam, kekacauan, wabah penyakit, kematian, kerusakan adalah bagian dari proses penciptaan? Analogi sederhana, untuk membuat roti gandum, bukankah kita harus menghancurkan biji gandum? Untuk membuat bata merah, bukankah kita harus membakar tanah liat? Untuk membentuk otot-otot tubuh atletis kita atau otot-otot kesuksesan kita, bukankah kita harus menempa diri menanggung beratnya beban barbell atau tantangan hidup? 

Dalam hidup kita pasti mengalami banyak hal, namun sebenarnya tidak ada hal baik atau buruk. Yang ada hanyalah persepsi kita tentang suatu kejadian. Suatu kejadian bisa dianggap sebagai hal baik namun bisa juga dianggap sebagai hal buruk. Sebaliknya hal yang buruk mungkin saja merupakan batu pijakan untuk hal baik di masa depan. Apa yang awalnya dilihat sebagai bencana alam, kekacauan, wabah penyakit justru merupakan peluang di jalan yang baru. Ketika kita fokus pada apa yang bisa kita kontrol maka suatu tantangan bisa menjadi suatu kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih kuat di masa depan.

Segala yang terjadi dalam kehidupan ini terikat oleh OS tersebut. Memahami OS semesta ini sangat penting bila kita ingin hidup harmonis dan menghindari penderitaan yang tidak perlu karena tidak selaras dengan OS tersebut. Nikola Tesla, fisikawan dan inventor menyampaikan “the gift of mental power comes from God, Divine Being, and if we concentrate our minds on that truth, we become in tune with this great power". Jika kita memahami dan selaras (in tune) dengan OS alam semesta ini, hidup kita akan harmonis dan terhindar dari penderitaan yang tidak perlu karena tidak selaras dengan OS tersebut. Jika kita memahami dan selaras (in tune) dengan OS alam semesta ini lebih mudah mengakses kekuatan yang tidak terbatas. 

Di bagian 1, kita sudah membahas sebagian kebajikan hidup di ayat 1 dan ayat 2 dari Surat Al Fatihah. Di bagian 2 ini kita melanjutkan pembahasan kebajikan ayat 3 dan ayat 4 dari Surat Al Fatihah dalam menghadapi hukum alam semesta sebagai berikut :

Ketiga, Kebajikan Kasih Sayang atas The Law of Polarity

Tahun 1930, Paul A.M. Dirac, seorang profesor matematika dan fisikawan dari Cambridge University, UK merumuskan teori kuantum untuk gerakan elektron dalam medan listrik dan magnet. Teori ini menghasilkan "the dirac equation"  yang menggambarkan bahwa elektron yang bermuatan negatif membutuhkan pasangan keberadaan jenis partikel lain dengan massa yang persis sama dengan elektron tetapi dengan muatan listrik positif. Setiap jenis partikel harus memiliki dua sisi (polarity) yang saling berpasangan yakni jenis antipartikel yang sesuai. Massa antipartikel apa pun identik dengan massa partikel. Semua sifat-sifatnya yang lain juga terkait erat tetapi dengan tanda-tanda semua muatan terbalik. Teori Dirac ini dinamakan "parite" yang tidak hanya berlaku untuk elektron tetapi juga untuk semua konstituen dasar materi (partikel). Setiap hal dalam hidup ini memiliki dua sisi (polarity) yang saling berpasangan, saling berbeda, saling melengkapi, saling mempengaruhi dan saling tergantung. Ada partikel-antipartikel, positif-negatif, hidup-mati, siang-malam, aktif-pasif, sehat-sakit, ganjil-genap, laki-laki perempuan, panas-dingin dan seterusnya.

Ayat ketiga dari Surat Al Fatihah mengenalkan lebih dalam sifat utama Tuhan yakni al-Rahman (Maha Pengasih/Maha Berkelimpahan/The Beneficent) dan al-Rahim (Maha Penyayang/Maha Cinta/the Merciful). Ayat ketiga dari Surat Al Fatihah mengajarkan pada kita suatu kebajikan untuk memantulkan sifat utama Tuhan yakni kasih sayang. Semua hal di alam semesta ini seperti materi-antimateri, positif-negatif, hidup-mati, siang-malam, aktif-pasif, ganjil-genap, laki-laki perempuan, panas-dingin dan seterusnya hakekatnya adalah pancaran keberlimpahan dan cinta. Semua hal di alam semesta ini adalah pancaran dari pasangan sifat Al-Rahman-al-Rahim. Karena sejatinya di level kuantum atau lebih dalam lagi di level Ilahiah, dualitas itu tidak ada. Contoh panas-dingin itu adalah manifestasi temperature. Kata al-Rahman (Maha Pengasih/Maha Berkelimpahan/The Beneficent) dan al-Rahim (Maha Penyayang/Maha Cinta/the Merciful) sendiri berasal dari satu akar yang sama, yaitu rahima-yarham. Al-Rahman-al-Rahim sering dijadikan kata majemuk, dua kata yang berpasangan tak terpisahkan secara semantik dan semiotik. Al-Rahman-al-Rahim adalah sifat utama Tuhan yang memancar ke seluruh penjuru semesta dan memiliki dua sisi (polarity) yang saling berpasangan. Dalam literasi Arab, kata al-Rahman adalah ism khashah bi shifah 'ammah yakni nama untuk sesuatu yang bersifat khusus, tetapi menunjukkan keumuman makna. Sedangkan, al-Rahiim adalah ism 'am bi shifah khash yakni nama untuk sesuatu yang bersifat umum, tetapi menunjukkan kekhususan makna. Al-Rahmaan menunjukkan sifat Jalaliyah Allah (The Father of God/Maskulin) dan al-Rahiim lebih menunjukkan sifat Jamaliyah Allah (The Mother of God/Feminim). 

Turunan dari kasih sayang di antaranya adalah perbuatan baik kepada sesama (loving kindness), bergaul dengan bahagia, toleransi, kedermawanan, cinta, good interpersonal relation, tidak larut dalam kesepian, silaturrahmi, berbagi cerita tentang kebaikan dan kebahagiaan, pengorbanan, tidak banyak menilai, menghakimi dan menyalahkan orang atau keadaan, tidak ada kebencian dan dendam, tidak ada mental miskin (scarcity mental), mandiri, tidak over needy. 

Pelajaran di sini adalah pertama, hidup selalu memiliki dua sisi. Ada yin dan yang. Kesempurnaan hidup terletak pada kerelaan kita menerima ketidaksempurnaan. Dalam konteks ketuhanan, menyelaraskan ego manusia yang mendorong seorang manusia untuk bisa berperan sesuai dengan apa peran dia saat itu dengan Tuhan yang memancarkan keberlimpahan dan cinta. Dalam konteks human relation, sebaik-baik orang ada keburukannya, dan sebaliknya seburuk-buruk orang ada kebaikannya. No body perfect. Sehingga kita tidak terlalu mengkultuskan orang atau membenci orang. Dalam konteks life balance, apapun keadaannya adalah yang terbaik. Jangan mengeluh dan menyalahkan keadaan. Selalu ada hal yang bisa kita syukuri. Selalu  ada yang bisa kita pelajari dan ambil hikmahnya. Selalu ada yang bisa kita lakukan untuk menjadi lebih baik. Dibutuhkan hati yang welas asih/kasih sayang/loving kindness untuk bisa menerima dan menjaga keseimbangan hidup agar harmonis di tengah dinamika keadaan. Kedua, adalah abundance mentality. Al-Rahman-al-Rahim bisa diartikan kasih dan sayang, bisa juga diartikan keberlimpahan dan cinta.  Keberlimpahan dan cinta adalah frekuensi energi tinggi yang selevel. Sikap dan perilaku seperti in-secure, kesepian, cemburuan, posesif, disperate, kekurangan, kemiskinan, tidak percaya diri adalah pancaran dari lack mentality. Kehidupan yang kita alami adalah cermin (mirror) dari dalam diri kita. Bila kita terlalu cemburuan, sibuk mengejar  dan posesif maka justru pasangan akan meninggalkan kita. Bila kita selalu merasa in-secure dan kesepian, sahabat dan teman akan meninggalkan kita. Bila kita tidak percaya diri akan meng-attract ketidakpercayaan orang-orang terhadap kita. Bila kita selalu merasa kekurangan finansial, tidak mau berbagi, kita akan benar-benar miskin secara finansial. Berkebalikan dengan lack mentality adalah abundance mentality. Mentalitas yang hidup di pikiran, emosi, tubuh dan energi adalah keberlimpahan dan cinta. Fokus pada hal-hal positif, merasa fullfilment, yakin dalam hidup, tidak melekat pada sesuatu diluar diri (detachment).

Keempat, Kebajikan Kepemimpinan atas The Law of Balance 

Sejak 384 – 322 SM di masa Aristoteles, the law of balance sudah dibahas. Disampaikan bahwa keseimbangan dalam bentuk yang tidak berubah saat bergerak linear atau rotasi adalah kondisi dimana momentumnya sama dengan nol. Jika awalnya diam, akan tetap diam dan jika bergerak dengan kecepatan konstan, maka akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan. Tahun 836 M, Thabit Ibn Qurra Ibn Marwan al-Sabi’al-Harrani, seorang matematikus dan ahli astronomi yang memainkan peran penting dalam meletakkan pondasi matematika modern melalui konsep angka, hitungan integral, geometri analitik dan dalil trigonometri lingkaran membuktikan asas-asas keseimbangan yang sangat penting dalam dunia engineering. Gaya bisa saling menghilangkan satu sama lain, karena semua besarnya sama dan saling berlawanan arah. Gaya angkat arah ke atas menyeimbangkan gaya berat ke bawah, gaya dorong ke depan dengan menyeimbangkan gaya tarikan ke belakang. Tahun 1687, Sir Isaac Newton menetapkan tiga hukum dasar gerak dan hukum gravitasi universal, yang menjelaskan percepatan, perlambatan, dan gerakan inersia, dinamika fluida dan gerakan bumi, bulan, planet, dan komet dalam prinsip-prinsip keseimbangan waktu, gaya, dan gerak. The law of balance, juga terjadi di bidang kimia. Ketika suatu sistem pada kesetimbangan mengalami perubahan konsentrasi, suhu, volume, atau tekanan, maka sistem akan menyesuaikan dirinya untuk meniadakan pengaruh perubahan yang diterapkan dan keseimbangan baru tercapai. Ini disebut prinsip Le Chatelier yang ditemukan Henry Louis Le Chatelier, kimiawan dari École Polytechnique Sorbonne, Perancis tahun 1888.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun