Mohon tunggu...
Aryo Wailan Gitoyo
Aryo Wailan Gitoyo Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Hubungan Internasional

"Licentia loquendi"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hubungan dan Persamaan antara India dan Indonesia

16 Februari 2019   12:44 Diperbarui: 2 Juli 2021   13:04 2115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banner yang memperlihatkan Wakil Presiden ke-12 kedua negara, Mohd. Hamid Ansari (kiri) dan Jusuf Kalla (kanan) bersalaman melambangkan hubungan bilateral yang baik antara India-Indonesia yang dimuat oleh stasiun televisi swasta India: Rajya Sabha TV

Kembali ke 1669 tahun yang lalu, pernah berdiri kemaharajaan pertama di kawasan Nusantara, tepatnya di pulau Borneo/Kalimantan yang diketahui sebagai Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu pertama yang berdiri di bumi Melayu pada abad ke 4 Masehi. Kerajaan ini pertama dipimpin oleh seorang raja yang bernama Kudungga (Ejaan Tamil: குடுங்க) yang menurut Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto merupakan seorang raja Pribumi namun memiliki nama yang berasal dari India, dari bunyi nama memiliki ciri-ciri dari bahasa India selatan (Tamil atau Malayali). 

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan bercorak Hindu pertama di kawasan Indonesia modern yang memiliki pengaruh dan sistem sosial budaya serapan dari India, yang pada zaman tersebut India sedang dibawah era Dinasti Vishnukundina. Kerajaan Kutai ini mengawali peradaban sosial dan budaya pengaruh India yang kuat di Indonesia untuk ratusan tahun kedepan, hingga sekarang. 

Nilai Sosial Budaya tersebut terserap kedalam berbagai unsur humaniora yang diterapkan di Indonesia, mulai dari bahasa, budaya, kepercayaan, agama, bahkan gaya hidup. Dimulai dari era kerajaan Kutai tersebut hingga kerajaan dan peradaban Hindu/Buddha terakhir yaitu Kemahapatihan Majapahit, Nusantara memiliki corak India yang sangat kuat. 

Baca juga: Menyegarkan Kembali Hubungan Lama antara India dan Indonesia

Pada era itu, dunia barat mengkategorikanya sebagai "Indianized South East Asia", atau Asia Tenggara "yang ter-Indianisasikan", selain itu, juga diketahui sebagai kawasan "India Raya" atau "Greater India". Banyak yang tidak tahu juga bahkan ibu kota Indonesia yaitu Jakarta merupakan gabungan dari dua kata Bahasa Sansekerta, yaitu "Jaya" dan "Karta" digabung menjadi Jayakarta dan disingkat menjadi Jakarta, artinya "Kota Kemenangan".  

Nama Mata uang Indonesia "Rupiah" juga berasal dari India yaitu "Rupyakam" yang berarti "perak" dalam bahasa Sansekerta, ini juga sama dengan istilah mata uang India, Pakistan, Nepal, Seychelles dan Sri Lanka (Rupee) dan negara Maladewa (Rufiyah). 

Nama kedua negara (India dan Indonesia) dari segi istilah juga memiliki kemiripan di awal kata, yaitu "Ind", awalan nama "Ind" ini berasal dari nama sungai besar dan panjang di kawasan Asia Selatan yaitu sungai Indus (Indus river) yang mengalir dari dataran tinggi Tibet Tiongkok, melewati pegunungan Hindu-Kush Pakistan dan terus bermuara sampai ke Laut Arab (selatan Pakistan). 

Negara India mendapat namanya dari sungai tersebut yang walaupun sekarang sungai tersebut secara geopolitik berada di negara Pakistan, tetapi sebelom partisi India-Pakistan pada tahun 1947, sungai tersebut berada di negara India selama ribuan tahun lamanya. Sungai kuno tersebut diyakini sebagai asal muasal nama "Hindu", "India", dan Indonesia. Secara tidak resmi, negara India juga sering disingkat "Indo" dalam beberapa istilah, seperti untuk merujuk hubungan dua negara India dan Pakistan sering disingkat "Indo-Pak" (India-Pakistan), mirip dengan awalan nama Indonesia.      

Sampai sekarang, hubungan sosial budaya yang kuat dalam pengaruh India terhadap Indonesia masih sangat kental. Burung Garuda yang digunakan sebagai simbol negara Indonesia merupakan burung mitologi yang dikisahkan dalam wiracarita Ramayana (bersama dengan Burung Sempati dan Burung Jatayu), istilah burung ini digunakan dalam lambang ideologi negara yaitu Pancasila dan Maskapai nasional "Garuda Indonesia". 

Wiracarita kuno Ramayana dan Mahabharata juga kental dan masih dijadikan aspek budaya dalam budaya Jawa dan Bali, ini dipraktekan dalam pergelaran Wayang Wong, Wayang Kulit, Ketoprak, dan tarian Bali seperti Tari Kecak, dan tari-tarian tradisional lainya. Nama-nama Jalan pun di Indonesia banyak yang diserap dari sini, seperti Jl. Arjuna, Jl. Sri Rama di Bali, Jl. Garuda, Jl. Jatayu, dll. Kepangkatan dalam TNI Angkatan Laut untuk golongan Perwira Tinggi (Pati) pun menggunakan istilah dari Ramayana, yaitu "Laksamana" untuk golongan Jenderal merupakan nama dari wiracarita Ramayana yang mengisahkan sebagai adik dari Sri Rama.

Banyak pula yang tidak tahu bahwa di India, khususnya di negara bagian Odisha (ଓଡ଼ିଶା ) yang merupakan negara bagian India di bagian timur yang langsung berbatasan dengan teluk Banggala, disana setiap tahunya khususnya pada malam bulan purnama (di India diketahui sebagai "Kartika Purnima") dirayakan suatu festival yang meriah yang bernama "Bali Yatra", festival Bali Yatra ini dirayakan di negara bagian Odisha, India oleh umat Hindu disana untuk merayakan perjalanan para pelaut Odisha kuno "Sadhaba" yang dulu pergi ke kawasan Jambudwipa (sekarang Jawa, Sumatra, dan Bali) untuk menyebarkan ajaran Hindu dan budaya India ribuan tahun yang lalu. Festival ini menggambarkan bahwa hubungan diplomatik bilateral antara India dan Indonesia sudah terjalin sejak zaman pra-sejarah.  

Baca juga: Keluarga Indonesia dan India dalam Pancasila

Aspek kuliner Indonesia juga beberapa memiliki pengaruh dari India, khususnya kuliner Aceh dan Sumatra Barat (Minang) yang secara geopolitik berdekatan dengan India. Kari yang dimasak dalam kuliner Aceh memiliki unsur tekstur yang dimasak di India, dan Kari Minang memiliki persamaan dengan kari yang dimasak di India Selatan yang kaya dengan Santan. Banyak pula yang tidak menyadari bahwa ada beberapa makanan India Selatan yang juga dimakan di Indonesia, seperti Kue Appam/Kue Ape, berasal dari India Selatan yang disana diketahui sebagai "Appam". 

Roti Cane yang terkenal di bumi Melayu seperti Malaysia, Sumatra, dan Singapura juga berasal dari kota yang ada di India yaitu Chennai, maka menjadi Roti Cane. Kata "Roti" itu sendiri juga merujuk kepada makanan yang sama di India dengan nama "Roti". Kekayaan rempah dalam masakan kedua negara juga mencirikan persamaan budaya.

Dari aspek Pakaian tradisional Indonesia memiliki banyak pengaruh dari India yang kuat terutama di Jawa, Bali, dan daerah lainya. Budaya menggunakan kain yang dipakai sebagai penutup kaki datang dari India kuno yang dibawa oleh pedagang ke Indonesia. Kain kebaya di mana mirip dengan "Saree" atau "Sari" dari India yang dikenakan oleh para wanita, dan pria juga mengenakan "Sarung" yang merupakan sangat mirip dengan "Lungi" di India Selatan. "Lungi" merupakan sarung yang dipakai pria India Selatan yang juga sangat mirip dipakai oleh Pedanda di Bali.

Jika Anda melihat candi kuno di Indonesia yang tersebar dari Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan seperti Borobudur, Prambanan, Mendut, Gumpung, Ratu Boko, Sewu, dll dibuat dengan dasar seni arsitektur India yang kokoh yang bernama arsitektur "Gupta", yang diciptakan oleh Kemaharajaan Gupta, di India kuno.

Musik tradisional Indonesia juga memiliki pengaruh India seperti "Dangdut" Indonesia yang instrumen perkusi utamanya adalah "Tabla" berasal dari India dan masih populer sampai sekarang di Indonesia terutama di kawasan Jawa dan daerah lain di Indonesia.

Dalam bahasa Indonesia juga memiliki pengaruh India terutama dari bahasa "Sansekerta" yang masih digunakan kuat dalam bahasa Jawa dan Bali kuno Indonesia. Banyak kata-kata Indonesia yang digunakan oleh orang Indonesia sehari-hari yang tidak diketahui berasal dari India, contohnya adalah: Nama (Naam), Utara (Uttar), Jaya (Jay), Madya (Madhya) berarti pusat atau tengah, Asrama (Ashram), Putra dan Putri (Son and Daughter) dari bahasa Sansekerta, Surya, Acar, Kaca, Siswa, Mahasiswa, Bupati, Menteri (Mantri), Perdana (Pradhaan), Bakti (Bhakti), Guru, Garam (Garam masala), Roti, dll. Tercatat terdapat ribuan kata serapan Sansekerta kedalam Bahasa Indonesia.  

Baca juga: Menyelaraskan Komunikasi Sawit Indonesia dan India

Banyak orang Indonesia juga memiliki nama turunan India, biasanya dari bahasa Sanskerta. Entah dia hindu, muslim, atau kristen, banyak yang memiliki nama Sansekerta. Seperti Menag (Menteri Agama) ke-21 adalah seorang muslim dan dia bernama "Suryadharma Ali", nama itu terdiri dari nama Sansekerta-Hindu (Surya Dharma) dan Islam-arab (Ali). Nama Indonesia serapan India biasanya ditulis dalam pelafalan bahasa Indonesia seperti "Vijay" di Indonesia ditulis "Wijaya", "Sarasvati" di Indonesia ditulis "Saraswati". 

Banyak lembaga dan instansi pemerintah maupun istilah kenegaraan yang memiliki serapan dari bahasa Sanskerta, seperti Akademi Militer Indonesia memiliki moto: "Adhitakarya Mahetvavirya Nagarabhakti", dan Polisi Nasional Indonesia memiliki moto: "Rashtra Sewakottama", keduanya berasal dari Bahasa sansekerta. Penghargaan yang diberikan kepada kota/kabupaten di Indonesia dari Presiden untuk prestasi kebersihan dan konservasi lingkungan yang bernama "Adi Pura" berasal dari bahasa Sansekerta yang berasal dari kata "Adi" yang berarti "Panutan" dan "Pura" yang berarti "Kota", menjadi dalam suatu arti "Kota Panutan".  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun