Pada rabu malam Malioboro tampak lebih sepi dibanding akhir pekan. Seperti biasanya, Malioboro menjadi tempat para wisatawan berkumpul untuk jalan-jalan, berbelanja, maupun sekadar hanya lihat-lihat. Di keramaian Malioboro banyak oang yang memanfaatkan untuk mengais rezeki. Ada yang mengamen, berjualan makanan, rokok, oleh-oleh, pakaian dan masih banyak lagi. Di antara banyak orang yang mengais rezeki dengan cara-cara tersebut, Sidiq memilih mengais rezeki dengan menggambar wajah.
Menggambar adalah sebuah seni, namun untuk membuat karya yang tampak berseni, perlu menghabiskan waktu untuk bereksplorasi. Menggambar sketsa bisa dikatakan gampang-gampang susah. Namun jika terus melatih diri dan mengasah kemampuan akan dengan menantang diri untuk menggambar objek yang memiliki level kesulitan yang berbeda, tentu menjadi lihai dalam membuat sketsa adalah hal yang mudah untuk dilakukan.
Sidiq sudah mulai hobi menggambar semenjak 12 tahun yang lalu, mulai dari bangku SD hingga SMA. Mulai dari menggambar wajah teman sekolahnya hingga menggambar tokoh-tokoh terkenal, seperti Alifa Lubis, Trio Wijaya, sampai Bu Yenny Wahid salah satu politikus dan aktivis Naudhatul Ulama sekaligus anak kedua dari Abdurrahman Wahid atau yang dikenal Gusdur presiden ke-4 Indonesia.
Sudah 5 tahun sejak 2016 ia menjual jasa sketsa wajah ini di Malioboro. Di tahun pertama, ia mulai “ngemper” di jalanan Malioboro mulai dari siang hari, karna cuaca terlalu panas, kemudian ia mulai datang ke Malioboro pada malam hari dari sekitar jam 7 sampai jam 2 dini hari, terkadang pula sampai jam 4 subuh. Waktu yang ia butuh kan untuk melukis wajah seseorang kurang lebih 15 menit.
Awal datang ke sini ia hanya sekadar ingin “tau” seperti apa Jogja sekaligus mencari potensi dan mengembangkan bakat dan diri. Saat datang pertama kali ke Jogja ia langsung ke Malioboro pada malam harinya dan terkejut melihat suasana yang begitu ramai. “Total ada 40an pelukis yang ada di Malioboro, tapi mereka (senior-senior) menggunakan marketing (yang jalan-jalan) untuk menjual jasa lukis mereka, hanya saya yang berani stand by di pinggir-pinggir sini.” ujar pria asal Jambi ini.
Seni sendiri sebenarnya tidak ada harga ucap Sidiq, ia juga mengatakan sebagai seniman berusaha bagaimanapun caranya ia harus memberikan kepuasan kepada pelanggan, “Kita disini istilahnya menjual sketsa ya, jadi bagaimana supaya pengunjung senang dengan apa yang kita buat dan berkesinambungan, besok mereka bisa datang lagi kan gitu.”, ia juga menjelaskan bahwa ini adalah handmade yang hasilnya juga pasti tidak selalu sempurna ataupun maksimal, “Okelah gambar pertama kita bagus nah bagaiamana dengan kedua ketiga dan seterusnya? makanya sebelum saya dibayar, saya tanya dulu ke pelanggan, apakah sudah puas atau belum dengan hasilnya, kalaupun belum saya bisa buat ulang, tapi besok, hasilnya bisa saya kirim atau jemput di sini, jadi sama sama fair.” tambahnya.
Pria berumur 27 tahun ini awalnya tidak mengira akan jadi pelukis. “Sekarang juga kalo dibilang jadi pelukis juga relatif, karna saya kerja serabutan. Apa saja saya kerjain. Emang lebih sering ngelukis.” Selain melukis juga ia bisa memainkan gitar dan bernyanyi. Kehidupan Sidiq bisa dikatakan 80% adalah melukis.
Sidiq juga bercerita saat masih duduk di Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, ia salah satu siswa yang menonjol di bidang melukis maupun menggambar, dan tujuan “iseng”nya ia datang ke Jogja sekaligus mengembangkan bakat lukisnya. Ia yakin dan percaya dengan kekuatan doa dan keikhlasan yang membuat ia bisa melukis ribuan wajah dan memiliki penghasilan melalui hobi dan bakat melukisnya ini.
Biasanya Sidiq mendapatkan pelanggan yang ingin dilukis melalui wisatawan yang datang ke Malioboro dan melihat dirinya sedang duduk sembari menampilkan beberapa karya lukis sketsa wajah yang pernah ia buat, terkadang pun ada yang chat melalui whatsapp dan instagram. Sudah ribuan orang yang menyimpan dan mengikuti akunnya di Instagram. Dalam sehari ia bisa melukis 2-5 wajah, “Rata-rata saya sehari menggambar dua sampai 5 wajah, kalo lagi rame-ramenya bisa sampe enam atau tujuh, dan kadang ada yang mesan lewat chat wa, dm instagram.” tambahnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI