Mohon tunggu...
Muhammed Gazi
Muhammed Gazi Mohon Tunggu... Jurnalis - Manusia Biasa

Diciptakan dengan kebaikan dan kembali dengan kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ayasofya: Antara Harta Rampasan dan Warisan

16 September 2020   12:25 Diperbarui: 16 September 2020   12:43 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pinterest

Pembangunannya berlangsung selama 5 tahun hingga tahun 537 dengan bantuan fisikawan Milita Isodos dan matematikawan Anthemius, Hagiasophia menjadi bangunan maha kuat yang dapat bertahan hampir 1500 tahun. Ditambah lagi dengan ornamen interior yang dibawa dari berbagai macam mineral alam di seluruh dunia, mulai dari batuan hingga logam mulia. Dengan biaya yang sanga besar tersebut Hagiasophia berhasil bertahan sebagai bangunan termegah di dunia selama ratusan tahun. Sampai-sampai orang-orang saat itu menggambarkan seakan seperti memasuki dunia lain ketika kita memasuki Hagiasophia. Kemegahannya hingga dijuluki surga yang terjatuh ke dunia. Hagiasophia menjadi sebuah kebanggaan tersendiri masyarakat romawi di hadapan muka dunia.  

Ada sebuah sejarah yang mungkin terlewatkan sebagian besar orang mengenai bangkit dan runtuhnya Ayasofya. Sebelum dibangunnya Hagiasophia ketiga, Hagiasophia belum menjadi gereja terbesar pada saat itu. Ada sebuah gereja yang dibangun pada tahun 518 oleh kaisar Yustianus I. Ia sempat menjadi gereja terbesar di dunia sampai akhirnya didirikanlah Hagiasophia yang mengalahkan rekornya.

Gereja itu bernama Hagio Polieuktos yang desainnya memprakarsai desain Hagiasophia yang sekarang ini. Sayangnya gereja yang terletak di depan kantor wali kota Istanbul kini yang berjarak 2 kilometer dari Ayasofya hanya menyisakan puing-puingnya di taman arkeologi Sarachane. Namun itu juga bisa dijadikan sebagai bukti bahwa pernah ada suatu peradaban di abad pertengahan yang berhasil membuat bangunan-bangunan megah.                                                                                                               

Tahun 1204 melalui perang salib keempat Kekaisaran Latin berhasil merebut Konstantinopel dari tangan kekaisaran Romawi Timur sekaligus mengambil alih kepemilikan pula Hagiasophia yang sebelumnya adalah gereja menjadi katredal. Kali ini tak ada perusakan seperti pemberontakan di abad-abad sebelumnya. Sehingga membuat Hgiasophia tetap berdiri kokoh walaupun berganti kepemilikan. Hagiasophia tetap dihargai dan menjadi jantung kekaisaran Latin pula dengan dijadikannya Hagiasophia sebagai tempat penobatan kaisar Baudouin I. Tetapi hal itu hanya bertahan selama 58 tahun yang akhirnya berhasil diambil kembali oleh kekaisaran Romawi Timur.                                                           

Sebelum penaklukkan tahun 1453 sudah banyak imperium yang berusaha mencoba menaklukkan Konstantinopel. Kebanyakan dari mereka adalah kekaisaran Islam seperti Umayyah dan Abbasiyah. Bukti ini diperkuat dengan sebuah catatan mengenai kedatangan Maslamah bin Abdul Malik yang merupakan pangeran dari dinasti Umayyah yang masih bersepupuan dengan khalifah saat itu Umar bin Abdulaziz.

Kedatangannya pada tahun 717 itu dikenal sebagai penaklukkan Konstantinopel pertama yang menuai keberhasilan. Walau ia tak sepenuhnya menguasai Konstantinopel, tetapi ia berhasil menguasai semenanjung Galata yang masih termasuk dalam sebuah wilayah vital di Konstantinopel. Berkat kemenangannya tersebut seorang paus setempat menyerahkan sebuah gereja yang berarsitektur gotik (arsitektur memanjang) yang serupa dengan gereja-gereja di Eropa.

Dengan penyerahan tersebut Maslamah langsung berinisiatif mengubah bangunan itu menjadi masjid dengan kumandangan azannya sebagai azan pertama di Konstantinopel sekaligus masjid itulah yang menjadi masjid pertama di Konstantinopel. Maslamah bersama pasukannya menetap di sana sekitar tujuh tahun hingga kematian mereka yang juga dimakamkan di sana. Tujuh setengah abad kemudian Masjid yang dinamai Masjid Galata itu pada pemerintahan Sultan Bayazid diubah namanya menjadi Masjid Arab dikarenakan banyak pasukan Arab Umayyah yang dimakamkan di sana. Konon pula ada beberapa sahabat yang juga ikut beristirahat di tempat tersebut.                                                                                                                       

Tahun 1124 dibuat pula sebuah gereja terbesar kedua setelah Hagiasophia. Karena kemiripan arsitekturnya ia dijuluki adik kembar Hagiasophia. Gereja yang dinamakan Pantrokrator ini turut diubah menjadi masjid pada penaklukkan 1453 dan dibuatkan pula madrasah di sekitarnya seperti yang dilakukan sultan Mehmet II kepada Ayasofya. Masjid ini kemudian diberi nama Molla Zeyrek sesuai dengan nama pengajar pertama di masjid tersebut. Beruntungnya masjid ini tak ikut diubah menjadi museum seperti Ayasofya melalui tanagn pemerintah reformasi Republik Turki saat itu.                                                                 

Tahun 1453 adalah kejadian paling bersejarah yang dimiliki Konstantinopel. Dengan kejadian tersebut mengubah semua tatanan dunia. Bagaimana tidak, kekaisaran Romawi yang telah berkuasa penuh selama ribuan tahun dan menjadi peradaban tunggal abad pertengahan itu runtuh oleh sebuah kekaisaran bernama Utsmaniyah. Di bawah perintah sultan muda berusia 21 tahun itu sebuah kota termaju di zamannya takluk, sekaligus berakhirlah abad pertengahan dan bermulalah abad modern yang penuh dengan teknologi. Konstantinopel adalah kota yang sangat indah. Bahkan Napoleon sendiri menggambarkan jika dunia adalah satu negara maka Konstantinopel yang paling pantas menjadi ibukotanya. Kini kota tersebut berada di tangan umat muslim dan bermulalah abad baru sejarah Konstantinopel.                                                                                                                         

Kini kota yang telah berubah namanya menjadi Istanbul itu menyimpan berbagai cerita. Salah satunya kisah dari Ayasofya, ialah bangunan pertama yang dimasuki oleh Sultan Mehmet selepas penaklukkan itu. Sultan Mehmet tahu betapa pentingnya bangunan tersebut sebagai jantung Konstantinopel. Karenanya ia tak mau ada satupun kerusakan yang dilakukan tentaranya setelah Konstantinopel jatuh. Ia mencoba menghidupkan lagi jantung tersebut dengan menjadikan Ayasofya sebagai masjid utama kesultanan Utsmaniyah.

Kini janji yang diucapkan oleh lisan utusan seluruh alam dibenarkan olehnya setelah tujuh ratus tahun berlalu. Ia taruh sejumput tanah konstantinopel sebagai pertanda kerendahdiriannya di hadapan yang Maha Kuasa serta bersujud di dalam Ayasofya sebagai sujud pertama di dalam masjid tersebut.                                                                                                             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun