Mohon tunggu...
Mohamad Syafrudin
Mohamad Syafrudin Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya sekedar berbagi cerita ..........

Maaf dari dulu masih belajar bikin tulisan.......

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemudik Menangis, Antara Empati dan Tuntutan Tugas Seorang Aparat

7 Mei 2021   15:20 Diperbarui: 7 Mei 2021   18:26 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screen shoot video youtube cnnindonesia

" Adek pengin nonton siapa kalau dibolehkan masuk ke stadion" Tanya penulis waktu itu. Si cucu tetap diam.  Air matanya masih keluar dan tangisnya masih terdengar lirih.

" Farik ini idolanya Firman Utina. Dia nangis dari rumah pengin lihat Firman Utama main di stadion ini" kata si bapak menjelaskan.

Deg! Firman Utina! pas betul dengan idola saya (kata penulis dalam hati, ikut kaget).

" Betul, adik ngefans Firman Utina dan hari ini pengin lihat ia main?"

Si adik mengangguk, tapi sesenggukannya bertambah kencang. Tangannya memegang erat si bapak, takut kelepas.

"Baik, untuk kali ini kami kasih kesempatan bapak dan adik untuk menonton gratis. Lain kali usahakan jangan sampai terlepas dari rombongan sehingga tidak terjadi hal seperti ini!"

Hebat! Inilah salah satu contoh lain suatu tuntutan tugas yang dapat dibelokkan dan diluweskan oleh sebuah rasa yang dinamakan "empati". Saat itu yang ada dalam bayangan penulis adalah merasakan apa yang dirasakan oleh si anak, sedih, berduka, dan sangat kecewa. Penulis berani mempertanggungjawabkan keputusan itu. Dan memang setelah mereka kami antar masuk ke stadion, pimpinan Tim mendukung apa yang kami lakukan.

Bagi penulis pribad, empati tersebut membuahkan kepuasan yang sangat luar biasa. Betapa bahagia dan senangnya melihat sang anak berhenti menangis, tersenyum dan memeluk kakeknya serta tidak lupa cium tangan penulis sebagai tanda terima kasih yang luar biasa.  Bagi mereka, walaupun kami anggap itu "kecil" tapi merupakan suatu anugerah dan berkah luar biasa dari Tuhan YME. Benar-benar luar biasa, sihir yang bernama empati ini.

Semoga gambaran di atas dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk memahami makna empati dan praktek pembelokkannya oleh aparat yang sedang bertugas di lapangan.

(Lihat tulisan kecil lain di https://www.kompasiana.com/mohamadsyafrudin/608e148fd541df417233e3a2/3-kali-tertipu-latihan-denjaka-part-1 atau bisa mampir di https://www.jangkauan.com/category/bang-jangkau/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun