Mohon tunggu...
Moh Fikli Olola
Moh Fikli Olola Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berdikari Merah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan yang Tak Dicatat: Untukmu Ia Mencatatnya

5 Mei 2023   20:38 Diperbarui: 5 Mei 2023   20:40 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[Foto: Puncak Cikeas]

#Bagian(1) 

"Dalam perjalanan, akan selalu ada titik di mana sesuatu bermula. Baik pada alam, binatang, atau pun pada manusia, dengan seluruh proses interaksinya. Bersiaplah!"
 

Perjalanan

Angga, Mahasiswa angkatan 2018. Ia menempuh pendidikan tinggi di salah satu kampus yang ada di pusat Kota provinsi Sulawesi (Manado). Tempat di mana ia merantau dan mempertaruhkan perjalanan hidup. Angga sejatinya merupakan Ketua Umum organisasi kemahasiswaan ekstra parlementer. Memiliki sosok anak mudah seperti Angga, adalah berkah yang berulang di organisasinya. Setelah berkhidmat panjang sebagai anggota, serta menjadi mantan ketua organisasi ekstra di kampusnya. Angga kini didorong untuk berkhidmat sebagai ketua umum dalam tingkatan Kota.

Hal yang tak pernah dibayangkan oleh Angga sebelumnya--menghabiskan waktu keseharian dengan membaca, menulis, berdiskusi, dan juga Demonstrasi. Sebetulnya, semua aktivitas-nya terkoneksi dengan aktivitas kuliah dan keorganisasian. Kini sulit dibayangkan, Angga harus memikul beban berganda-ganda: Mengurus kuliah, mengurus organisasinya ditingkatkan kampus-kampus, dan utamanya ikut mengawal dan melawan kebijakan--yang selalu merampas sember materil kehidupan Rakyat.

Tidak mudah. Namun, siapa sih yang bisa menyentuh sisi paling mendalam dari sosok diri yang keras, seperti angga. Anak mudah yang menghabiskan waktunya, tidak dengan jatuh hati atau patah hati terhadap pasangan. Keras seperti ini yang dimaksud.

Memaknai Perjalan Hidup Ala Angga

Angga, yang kita tau mendiasporakan hidup-Nya di kota ini. Nyatanya, sesekali harus pulang. Sebagai perantau, tentu yang menjadi pesan orang-tua akhir semester kampus: bukan lagi pesan manajemen keuangan perbulan, tapi pesan untuk segera mudik.

Pergi dan sekembalinya Angga, dari kampung setiap semester-nya. Angga akan kembali menjalani aktivitas kesehariannya seperti biasa: Hidup di sekretariat, ke-Kampus, membangun jejaring. Sesekali ia juga ke tempat pendampingan para Petani dan Nelayan yang selalu diancam oleh mega-proyek pembangunan Pemerintah dan Swasta.

Baginya, beginilah aktivitas utama organisasi-Nya sejak ia memimpin. Konsisten membawah organisasi ektra-parlementer untuk terus terkoneksi pada: Pengilmuan & Penghidupan Rakyat.

Apalah artinya menyibukkan diri dalam kesia-siaan hidup. Bagi Angga: kuliah, berpacaran, lalu menikah, dan membayangkan hidup bahagia; tanpa sadar hidup diatur-atur oleh negara, lalu meninggalkan dunia begitu saja. Adalah hidup yang ramai dan sia-sia.

Namun, sebenarnya siapa menyangka--Angga tekah menjadi diri yang diinginkan juga oleh kebanyakan lelaki. Pasalnya, siapa yang tak kenal Angga?, baik di kampus tempat ia kuliah maupun di kampus-kampus luar lainnya. Angga, layaknya Sukarno yang jika mau menggunakan Otoritas dan karismanya, mampu memiliki wanita lebih dari cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun