Sektor peternakan ruminansia seperti sapi, kambing, dan kerbau memegang peran strategis dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Namun, di balik pentingnya peran tersebut, para peternak Indonesia masih menghadapi tantangan klasik: ketersediaan pakan hijauan yang tidak stabil sepanjang tahun. Saat musim kemarau, rumput sulit ditemukan; sementara di musim hujan, melimpahnya hijauan sering terbuang karena keterbatasan alat pengolahan dan penyimpanan.
Sebagian besar peternak rakyat masih mencacah rumput secara manual --- menggunakan sabit atau parang --- metode yang memakan waktu, tenaga, dan menghasilkan ukuran cacahan yang tidak seragam. Kondisi ini berdampak pada efisiensi konsumsi pakan, kualitas silase, dan produktivitas ternak.
Menjawab permasalahan tersebut, tim peneliti dari Universitas Diponegoro (UNDIP) yang dipimpin oleh Yusuf Ma'rifat Fajar Azis, S.T., M.T., dosen muda Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI), menghadirkan inovasi teknologi tepat guna berupa mesin pencacah rumput berfitur adjustable blade dan sistem transportasi otomatis.
Prototipe ini dirancang melalui tahapan desain presisi menggunakan perangkat lunak teknik berbasis CAD, dengan material utama baja karbon ringan dan komponen pangan berbahan stainless steel. Mekanisme adjustable cutting system memungkinkan pengaturan panjang cacahan 1--5 cm, menyesuaikan kebutuhan pakan segar maupun fermentasi. Sementara itu, sistem penggerak diesel 5 HP yang efisien dipadukan dengan konveyor mini otomatis, sehingga hasil cacahan langsung berpindah ke wadah penampung --- menghemat waktu dan tenaga hingga 40%.
Hasil uji coba lapangan menunjukkan peningkatan efisiensi pencacahan sebesar 25% dibandingkan mesin konvensional, dengan tingkat homogenitas cacahan mencapai 85--90% dan penghematan bahan bakar hingga 15%.
"Kami ingin menghadirkan solusi yang benar-benar bisa digunakan peternak di lapangan --- bukan hanya alat, tapi teknologi yang meningkatkan kesejahteraan mereka," ujar Yusuf Ma'rifat Fajar Azis.
Tim peneliti juga diperkuat oleh Abdullah Malik Islam Filardli, S.T., M.T. (desain transmisi dan efisiensi daya), Teguh Riyanto, S.T., M.T. (analisis ketajaman pisau), serta Hermawan Dwi Ariyanto, S.T., M.Sc., Ph.D. (rekayasa industri dan keberlanjutan energi). Kolaborasi lintas bidang ini menghasilkan rancangan mesin yang tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga memiliki potensi hilirisasi ke industri manufaktur lokal.
Ketua Prodi TRKI UNDIP, Dr. Mohamad Endy Julianto, S.T., M.T., menyampaikan apresiasinya terhadap karya riset ini.
"Mesin pencacah ini bukan sekadar inovasi akademik, tetapi solusi konkret yang menyentuh masyarakat. TRKI UNDIP berkomitmen agar riset tidak berhenti di laboratorium, melainkan menjadi motor penggerak kesejahteraan petani dan peternak," tegasnya.
Dengan semangat "Riset untuk Masyarakat", UNDIP terus memperkuat posisinya sebagai kampus riset vokasi yang adaptif dan solutif --- menghadirkan teknologi tepat guna yang mampu menumbuhkan produktivitas dan kemandirian sektor peternakan Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI